Buat Apa Ada Negara Jika Rakyat Makin Sengsara

- 10 April 2020, 06:05 WIB
POTRET Kemiskinan.*/DOK PR
POTRET Kemiskinan.*/DOK PR /

Baca Juga: Innalillahi, PDP Corona Asal Kecamatan Genteng Meninggal Dunia

Dalam perspektif Karl Marx, peletak dasar ideologi Sosialisme-komunis, alam mengalami evolusi mengikuti hukum gerak materi; alam tidak membutuhkan Akal Holistik (Pencipta) (Ghanim Abduh, 2003: 3).

Senada dengan Marx, Lenin, ideolog sekaligus realisator Marxisme, dengan mengutip filosof Heraclitus (540-480 SM), menyatakan, “Alam adalah wujud tunggal yang tidak pernah diciptakan oleh Tuhan atau manusia manapun. Ia telah ada, selalu ada, dan akan selalu ada sebagai api yang terus menyala selama-lamanya.” (Vladimir Ilich, 1870-1924).

Oleh karena itu, penganut akidah materialisme pada dasarnya adalah atheis (mengingkari Tuhan).

Bahkan, penganut akidah ini memandang bahwa keyakinan terhadap Tuhan (agama) adalah berbahaya bagi kehidupan.

Baca Juga: Asia Tenggara !, Sebagai Kawasan Pengguna Aplikasi JOOX terbanyak

Dalam bahasa Lenin, keyakinan terhadap agama adalah “candu” masyarakat dan “minuman keras” spiritual.

Dalam manifesto politiknya, Lenin secara ekstrem menyebut agama sebagai salah satu bentuk penindasan spiritual yang, dimana pun ia berada, amat membebani masyarakat (Lenin, 1972: 83-87).

Pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan ini kemudian melahirkan sebuah keyakinan, bahwa dunia ini harus diatur berdasarkan prinsip dialektika materialisme yang melibatkan semua unsur materi, yakni: manusia, alam, dan sarana kehidupan (alat-alat produksi).

Dari sini muncullah negara berbasis ideologi sosialisme-komunis, yang didasarkan pada akidah materialisme, yang berisi seperangkat aturan yang khas, yang mengatur seluruh aspek kehidupan rakyat; tentu di luar aspek religiusitas dan spiritualitas manusia yang telah diingkarinya.

Halaman:

Editor: Dian Effendi

Sumber: hajinews.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x