Terbalut Rindu

13 Maret 2020, 14:00 WIB
Ilustrasi cinta.* /Pexels

Alena Rahma Agusti nama anak pertama dari pasangan suami istri Dika dan Mardela. Mereka juga mempunyai anak laki laki yang bernama Romi Ananda Putra.

Panggil saja Alena, seorang anak yang baik, labil, ramah, dan sedikit egois. Sekarang Alena berumur 17 tahun ia duduk dibangku SMA kelas 11 IPS, jurusan yang dipilihnya, karena ia merasa mempunyai kekurangan dalam bidang menghitung terutama matematika.

Padahal kakak sepupunya sudah memberikan arahan untuk mengambil jurusan IPA dan masuk perguruan tinggi untuk mengambil jurusan keperawatan, tapi Alena tetap mengikuti pilihan hatinya untuk tetap di IPS.

Karena menurutnya semua jurusan sama saja tergantung minat dan kemampuannya masing- masing. Sedangkan adiknya Romi berumur 13 tahun, sekarang ia bersekolah di SMP sekaligus ia hidup dipesantren.

Sekarang Alena tinggal dirumah berdua hanya bersama ibunya karena sejak Alena kecil kurang lebih kelas 2 SD, sudah ditinggal oleh ayahnya merantau keluar negeri untuk mengais rejeki, kesempatan mereka bertemu pun hanya sebulan dalam dua tahun.

Ketika berumur 15 tahun, neneknya yang bernama Aina meninggal dunia, karena lanjut usia. Sekarang adiknya dipesantren dan akhirnya ia sekarang hanya tinggal berdua dengan ibunya.

Bu Mardela seorang ibu yang sangat kuat, sayang kepada kedua anaknya dan beliau adalah malaikat pelindung bagi anak-anaknya dikala sang ayah tak lagi ada disamping mereka.

Mungkin saat ini mereka hanya berfikir untuk bertahan hidup dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka tanpa harus mendengarkan ocehan orang lain yang tidak-tidak mengenai keluarga mereka, cuek adalah sikap yang mereka ambil untuk ocean itu karena belum tentu kebenarannya.

Terkadang orang diluar sana hanya membicarakan apa yang hanya mereka dengar saja tanpa harus mencari tahu dahulu kebenarannya, sehingga bu Mardela dan Alena memilih untuk cuek dan mengabaikan semua ocehan orang orang.

Baca Juga: Salah Satu Penyebab Meningkatnya Penderita Penyakit Ginjal Kronis

Sejak Alena kecil ia sudah memiliki teman dekat yang bernama Liana.

Liana adalah seorang anak baik, lugu, cantik tapi sayang masa kecilnya terenggut oleh penyakit asmanya yang harus bergantung pada obat obatan yang sering digunakan seperti inhaler, jarum suntik bahkan infus rumah sakit.

Maka dari itu, Liana selalu dimanja oleh keluarganya yang setiap kali Ia menginginkan sesuatu selalu dituruti dan selalu diberikan yang terbaik oleh keluarganya.

Alena dan Liana selalu bersama setiap hari, setiap saat walaupun Liana umurnya 3 tahun lebih tua dari alena, tapi itu tidak menjadikan halangan untuk mereka berdua menjalin sebuah hubungan pertemanan yang indah.

Hubungan yang polos, lugu, indah, menentramkan hati siapapun yang melihatnya. Kebersamaan mereka setiap waktu seperti seorang anak kembar yang tak terpisahkan dengan sejumlah barang yang dibeli selalu sama, seperti baju, gelang, dan kalung, tapi tak jarang jika mereka berdua membeli kalung selalu saja Alena mendapat bagian dari sisa kalung couple yang dibelinya karena di sana Liana yang selalu terlebih dahulu untuk memilih kalung yang ia suka, lalu pergi kemanapun bersama, pulang sekolah Alena selalu kerumah Liana dan pulangnya sore, bermain sampai tak ingat waktu, mendirikan perkemahan didalam rumah, bersepeda, masak masakan, bikin bisnis peminjaman buku, menirukan peran film drama tv, membuat permainan sederhana dibelakang rumah Liana sampai jualan es lilin berkeliling, sampai disuatu ketika mereka berdua memakai baju yang sama untuk pergi melihat pelatihan kesenian barong yang ada di desanya dan ada seorang laki laki bilang;

Baca Juga: Banyuwangi Tunda Ajang Kompetisi Internasional BMX 20 Negara, Akibat Corona

"Dek kembar ya?"

Alena pun menjawab sambil tersenyum

"Engga kok pak :)",

dan laki laki itupun menggoda dengan menjawab

"tapi mukanya kok sama si"

Mereka pun hanya tersenyum malu dengan sambil menikmati alunan gamelan, gong, suling dll yang menciptakan sebuah lagu tradisional dari pelatihan barong tersebut.

Kemudian mereka pulang kerumah masing masing karena hari itu sudah menjelang sore. Keesokan harinya sepulang sekolah, Alena langsung bermain di rumah Liana seperti biasanya, kala itu mereka bermain boneka barbie milik Liana dan mereka membuat janji untuk selalu bersama,  belajar bersama sampai Alena sudah menginjak kelas 4 SD, karena Alena sedang mengincar buku paket Liana untuk segera ia pelajari, padahal pada saat itu Alena masih kelas 2 SD.

Baca Juga: Heboh Corona, Pemerintah Inggris: Tidak Rasional Membatalkan Acara Olahraga di Britania Raya

Seiring berjalannya waktu, kebersamaan mereka dalam suka maupun duka sudah sering kali mereka rasakan, bahkan halang rintang juga sering kali mereka lalui tanpa mengeluh dan putus asa, selalu saja mereka selesaikan masalah masalah itu dengan mudah, tapi tidak untuk kali ini, mungkin sudah terlalu berat untuk bisa ditangani lagi seperti masalah lainnya oleh mereka berdua, hubungan pertemanan mereka yang awalnya terjalin indah melebihi teman bahkan seperti sahabat sampai saudara kini pun sudah tiada berarti lagi bagi mereka berdua.

Masalah yang hanya berawal dari sebuah konflik kecil yang terjadi diantara ibu Alena dan ayah Liana menimbulkan kesalah pahaman pada ibu Liana, sehingga menjadikan awal kehancuran bagi pertemanan mereka berdua, dari konflik itu membuat Liana salah paham dan memutuskan pertemanan mereka berdua secara sepihak.

Pemutusan pertemanan itu terjadi ketika Alena dan Liana mengaji di masjid desanya seperti layaknya anak desa lainnya, tetapi bagi Alena dan Liana di hari itu semuanya berbeda seperti hari biasanya,  dari sebelumnya tidak bertegur sapa dan saat itu juga Liana menambah kekeruhan dalam hubungan pertemanan mereka dengan memberikan sepucuk surat dari sesobek kertas yang Liana gunakan untuk mengaji kepada Alena yang bertuliskan "Alena, pertemanan kita cukup sampai disini saja" diberikan Liana kepada Alena melalui temannya yang lain dan Alena pun tak banyak bicara langsung menjawab dalam sepucuk kertas itu "Kalau ini mau kamu iya sudah aku bisa apa, mending kita sudahi saja pertemanan ini".

Baca Juga: Susah Move on? Ini dia Doa agar Diberi Keteguhan Hati

Hanya dengan sepucuk surat anak kecil itu, berakhirlah sebuah hubungan pertemanan Alena dan Liana yang sudah bertahun tahun mereka jalin dengan penuh rasa kasih dan sayang, rasa yang sudah dilalui berbagai suka dan duka bersama.

Kini mereka berjalan dengan sendirinya tanpa dampingan Liana disamping Alena ataupun sebaliknya.

Suatu ketika ibu Alena mengetahui tentang pisahnya pertemanan Alena dan Liana, lalu ibu Alena memberi nasehat kepada anaknya itu bahwa dalam berteman janganlah terlalu serius karena didunia ini tidak ada teman yg selamanya.

Alena pun menjawab iya dan langsung tersenyum kepada ibunya. Disitu ibu Alena merasa sedih juga karena masalah sepelenya membuat Alena jadi jauh dengan pertemanan yang sudah dijalin sejak kecil itu.

Terkadang setiap kali Alena dan Liana berpapasan dijalan rasa tegur sapa selalu saja ingin dilontarkan dari mulut Alena tapi selalu saja terkalahkan oleh rasa ego dan gengsi yang ada di dalam diri Liana dan Alena.

Padahal ibu Alena dan kedua orang tua Liana sudah tidak ada lagi konflik yang terjadi karena semua konflik sudah usai, konflik tersebut sebenarnya dipicu oleh ayah dari Liana sendiri dan sekarang semua keadaan berjalan seperti sedia kala. Seiring berjalannya waktu, bergantinya tahun.

Hingga kini Alena beranjak remaja menjadi siswi SMA yang sedang menginjak umur 17 tahun dan Liana yang menjadi mahasiswa berumur 19 tahun. Mereka tidak lagi bertegur sapa dengan Liana, ia selalu melihat foto dan mencari tahu kabar Liana melalui sosial media setiap kali Alena rindu akan kehadiran Liana.

Mungkin mereka juga tidak mau mengungkapkan rasa rindunya itu tapi Alena selalu yakin bahwa Liana juga selalu merindukannya seperti Alena yang selalu merindukan sosok Liana disampingnya.                                                              

 

Karya : Vaida Kharisma

 

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler