Sejarah Wayang Kulit, Mengenal Lebih Dekat Seni dan Budaya Indonesia

9 Februari 2021, 19:00 WIB
Ilustrasi wayang kulit klasik warisan Indonesia. /Instagram.com/@badaralam/

RINGTIMES BANYUWANGI – Wayang  adalah karya seni dan budaya yang banyak diminati oleh banyak orang Indonesia hingga orang asing.

Menceritakan tentang berbagai kisah kuno seperti Mahabarata dan Ramayana.

Dilansir Ringtimesbanyuwangi.com dari kanal YouTube Romansana Channel pada Selasa, 9 Februari 2021, berikut sejarah dan pengertian wayang kulit:

Pengertian wayang ada 2 pendapat menurut bahasa yang pertama dari kata Ma Hyang yang berarti roh nenek moyang.

Baca Juga: Lima Merchant ShopeePay Terbaru Minggu ini Siap Dukung Hobi Kamu

Kedua wayang berasal dari kata bayang, seperti saat pementasan wayang yang dilihat dari belakang adalah bayangan. Bayangan tersebut menceritakan tentang watak manusia.

Sedangkan menurut istilah wayang adalah gambaran atau tiruan manusia, terbuat dari kulit hewan untuk menampilkan sebuah lakon atau cerita dan memiliki nilai filosofi yang tinggi seperti sanepa, wituduh dan piwulang.

Sejarah wayang dulu pada masa Hindu dan Budha wayang digunakan sebagai pemujaan roh leluhur dan biasa disebut Hyang. Selain itu wayang juga digunakan sebagai edukasi dan pendidikan.

Baca Juga: Sejarah Seni Wayang Jawa, Berikut Makna dan Filosofi Punokawannya

Wayang memiliki beberapa masa perkembangan yang pertama pada masa Ratu Sri Jayabaya (Raja Kediri). Ia adalah pencetus wayang purwa pertama pada tahun 1939 masehi.

Wayang kemudian dikembangkan lagi oleh Raden Panji dan Jaka Sesurung. Jaka Sesurung ini menciptakan wayang dengan bentuk lembaran yang disebut wayang beber.

Pada masa Islam wayang yang tadinya wayang beber diubah menjadi wayang yang kita lihat sekarang.

Pada masa Sunan Kalijaga atas perintah Raden Fatah, ia menambahi wayang dengan berbagai unsur islami dan lakon karangan yang memuat ajaran-ajaran Islam.

 Baca Juga: Empat Lukisan Wayang dan Batik Milik Vladimir Kiri Dipamerkan di Moskow

Ia tetap mengangkat pada pakem Mahabarata dan Ramayana. Sunan Kalijaga juga memasukan unsur moral, ketuhanan dan hidup bermasyarakat.

Pada masa Mataram Islam para pujangga Jawa menambahi pagelaran wayang dengan beberapa tokoh yang cukup berperan dalam cerita seperti punokawan.

Punokawan kita kenal dengan 4 tokoh yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

Seluruh unsur dalam pagelaran wayang memiliki nilai filosofis, edagogis, historis dan makna simbolis yang sangat tinggi.

Sebagai generasi muda saat ini harus mempelajari dan mengenalkan budaya yang kita miliki saat ini.

Agar budaya kita terutama wayang ini tetap lestari hingga nanti dan tidak termakan oleh budaya asing yang tidak mendidik.***

Editor: Shofia Munawaroh

Tags

Terkini

Terpopuler