Penyebab Ir. Soekarno Lengser di Masa Orde Lama

3 Agustus 2021, 10:48 WIB
Simak penjelasan mengenai penyebab Ir. Soekarno lengser pada masa orde lama dan digantikan dengan jenderal Soeharto /Instagram /@presidensukarno

RINGTIMES BANYUWANGI – Simak penjelasan mengenai penyebab Ir. Soekarno lengser pada masa orde lama.

Lengsernya presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno kala itu membuatnya digantikan oleh Jenderal Soeharto.

Lantas apakah yang menjadi penyebab presiden Soekarno lengser di masa orde lama?

Berikut adalah penjelasannya, dikutip dari Kanal Youtube Matahatipemuda pada hari Selasa, 3 Agustus 2021.

Setelah PKI dan semua underbound dibabat habis pada akhir tahun 1965, Presiden Soekarno kehilangan pendukung politik terkuatnya.

Baca Juga: Sejarah Bung Karno Menangis Saat Menandatangani Surat Eksekusi untuk Sahabatnya

Politik keseimbangan antara TNI dan PKI yang Bung Karno mainkan sejak awal tahun 1960-an runtuh seketika.

Jenderal Soeharto perlahan mengambil alih panggung dan menyisihkan presiden Soekarno.

Pemerintahan presiden Soekarno surut dengan cepat setelah terbitnya surat perintah 11 Maret 1966 atau yang dikenal dengan supersemar.

Isi dari supersemar adalah memberi mandat kepada jenderal Soeharto untuk menjamin jalannya pemerintahan dan menjaga keselamatan presiden.

Dalam buku sejarah Indonesia Modern yang ditulis oleh sejawaran M.C. Raiklefs mengatakan bahwa Soeharto dan para pendukungnya kini menghancurkan sia-sia kekuatan demokrasi terpimpin dihadapan Soekarno yang mana pada waktu itu Soekarno dalam keadaan kesal juga dalam keadaan marah.

Baca Juga: Biografi Soekarno, Sang Proklamator Indonesia

Namun Soekarno tidak mampu berbuat apa-apa.

Soeharto dengan leluasa membuat kebijakan selaku menerima mandat supersemar.

Pada tanggal 12 Maret 1966, Soeharto membubarkan Partai Komunis Indonesia atau PKI.

Kemudian pada tanggal 18 Maret 1966, Soeharto menangkap 15 menteri loyalis Soekarno.

Setelah itu pada tanggal 27 Maret 1966, Soekarno dengan sangat terpaksa mengumumkan kabinet baru bentukan Soeharto dan akhirnya semua di bawah kendali Soeharto.

Akhirnya pembersihan loyalis Soekarno pun terjadi di kalangan militer dan birokrasi.

Dominasi Soeharto pun menguat di kalangan anggota MPRS yang anti Soekarno.

Baca Juga: Keramatnya Weton dari Ir. Soekarno yang Menyimpan Cerita Unik, Kamis Pon

Sepanjang bulan Juni hingga bulan Juni, sidang-sidang MPRS menghasilkan beberapa ketetapan yang mendukung Soeharto, seperti ratifikasi supersemar dan pelarangan ideologi marxisme.

Akhirnya MPRS menuntut penjelasan resmi Soekarno terkait mismanajemen rezim demokrasi terpimpin.

Selain itu juga minta penjelasan mengenai peran Soekarno dalam tragedi G30S/PKI selaku presiden Indonesia.

Menurut M.C. Raiklefs, gelar presiden seumur hidup yang dianugrahkan MPRS pada bulan Mei 1963 akhirnya diabaikan.

Soekarno juga dilarang untuk mengelurkan keputusan presiden.

Oleh sebab itu, Soekarno menolak tuntutan MPRS untuk memberikan penjelasan, akan tetapi sudah jelas bahwa kekuasaan Soekarno pada waktu itu sudah berakhir.

Baca Juga: Juni Adalah Bulan Soekarno, dari Lahir hingga Wafat

Tapi yang sebenarnya terjadi adalah Soeharto mengambil alih hampir semua kewenangan eksekutif presiden.

Soekarno diperlakukan tidak lebih sebagai tukang teken dokumen.

Soeharto mulai menjalankan kebijakan-kebijakan yang sebagian besar bertolak belakang dengan kebijakan Soekarno.

Maka dari itu, setelah supersemar terbit pada waktu itu juga terjadilah dualisme dalam kepemimpinan nasional.

Pada tanggal 22 Juni 1966 dihadapan MPRS, Soekarno menyampaikan pidato pertanggung jawaban selama menjadi presiden yang dijuliki nawaksara.

Namun pidato tersebut jauh dari ekspektasi dan anggota MPRS mulai meragukan presiden Soekarno.

Pada tanggal 9 Februari 1967, Dewan Perwakilan Gotong Royong atau DPR-GR mengajukan pelaksanaan sidang MPRS untuk menghentikan Soekarno.***

 

 

Editor: Suci Arin Annisa

Tags

Terkini

Terpopuler