Biografi KH. Agus Salim, 'The Grand Old Man'

3 Agustus 2020, 08:45 WIB
/

RINGRTIMES BANYUWANGI - KH. Agus Salim lahir di kota Gadang, Agam, Sumatera Barat pada 8 Oktober 1884, ia lahir dengan nama Mashudul Haq yang berarti 'pembela kebenaran'.

Agus Salim merupakan anak keempat dari pasangan Sultan Moehammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya merupakan seorang jaksa di pengadilan pada pemerintahan kolonial Belanda.

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber, dalam usia yang masih muda, dia sudah menguasai setidaknya tujuh bahasa asing; Belanda, Inggris, Arab, Jepang, Prancis, Turki, dan Jerman.

Baca Juga: Masjid Al-Aqsa Diburu Israel Karena Haikal Sulaiman, Berikut Fakta Kiblat Pertama Islam Tersebut

Pada tahun 1903 ia lulus dari HBS (Hogere Burger School) atau sekolah menengah atas lima tahun pada usia 19 tahun. Agus Salim lulus dengan predikat terbaik di tiga kota, yakni Surabaya, Semarang, dan Jakarta.

Pada tahun 1906, Agus Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad Khatib, imam Masjidil Haram yang masih merupakan pamannya.

Ia kemudian terjun ke dunia jurnalistik dan menjadi redaktur II di harian neratja, setelah itu diangkat menjadi ketua redaksi.

Diusianya yang ke 31, pada tahun 1915 Agus Salim menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak.

Baca Juga: Kasetpres Heru Budi Hartono Pastikan Tidak Ada Kontak Langsung antara Presiden Jokowi dan Isdianto

Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlanjut hingga akhirnya menjadi pemimpin harian Hindia Baroe di Jakarta, dan kemudian mendirikan surat kabar Fadjar Asia. Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik pergerakan melalui Sarekat Islam (SI) dan menjadi pimpinan ke dua SI setelah H.O.S Tjokroaminoto.

Selain menjadi tokoh SI, ia juga merupakan salah satu pendiri Jong Islamieten Bond. Di sini dia membuat gebrakan untuk meluluhkan doktrin keagamaan yang kaku.

Agus Salim pernah menjadi anggota Panitia Persiapa Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada akhir kekuasaan Jepang. Ketika Indonesia merdeka ia di angkat menjadi Dewan Pertimbangan Agung oleh pemerintahan Ir Soekarno.

Baca Juga: Jangan Gengsi-2: Katakan 'Belum Tau' untuk Pertanyaan Anak, Lalu Carilah Bersama

Kepiawaiannya berdiplomasi membuat Sutan Syahrir mempercayai Agus Salim menjabat dalam kabinet Syahrir I dan II serta menjadi Mentri Luar Negeri dalam kabinet Moh Hatta. Setelah pengakuan kedaulatan Agus Salim ditunjuk menjadi penasehat Menteri Luar Negeri.

Dengan badannya yang kecil di kalangan diplomatik, Agus Salim dikenal dengan julukan The Grand Old Man, sebagai bentuk pengakuan atas prestasinya di bidang diplomasi.

Agus Salim wafat pada 4 November 1954 di usianya yang memasuki 70 tahun, ia kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Pada tanggal 27 Desember tahun 1961 melalui Kepres no 651 tahun 1961 Agus Salim di beri gelar pahlawan oleh pemerintah, atas jasa-jasanya yang sangat besar kepada bangsa Indonesia.***

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler