Ketika menunaikan haji, Teungku Chik di Tiro memperdalam ilmu agama yang telah dimiliki dengan menjumpai para pimpinan-pimpinan Islam yang ada di Mekkah.
Dari situlah, Teungku Chik di Tiro mulai mengetahui taktik perjuangan para pempimpin Mekkah dalam melawan imperialisme dan kolonialisme.
Baca Juga: 7 Kata Penuh Makna Pahlawan Indonesia untuk Memperingati HUT RI ke 76
Teungku Chik di Tiro memiliki tekat bahwa beliau sanggup berkorban apa saja untuk memperjuangkan tegaknya agama dan bangsa.
Perjuangan yang telah dilakukan oleh Chik di Tiro atau pemilk nama asli Muhammad Saman dikenal dengan nama perang sabil.
Melalui perang sabil, satu persatu benteng dan wilayah-wilayah yang selama ini telah diduduki oleh Belanda dapat direbut.
Baca Juga: Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada bulan Mei tahun 1881, pasukan Muhammad Saman dapat merebut benteng Belanda Lam Baro, Aneuk Galong dan lain-lain.
Belanda akhirnya terjepit di sekitar kota Banda Aceh dengan mempergunakan taktik lini konsentrasi (concentratie stelsel) yaitu membuat benteng yang mengelilingi wilayah yang masih dikuasainya.
Selain itu, Chik di Tiro merupakan salah satu tokoh yang kembali menggairahkan Perang Aceh dan berlangsung pada tahun 1881.