Kisah Tragis Kali Bekasi, Pembantaian Masal 90 Tentara Jepang

- 3 Januari 2022, 11:20 WIB
Kisah Tragis Kali Bekasi, Pembantaian Masal 90 Tentara Jepang
Kisah Tragis Kali Bekasi, Pembantaian Masal 90 Tentara Jepang /Unduhan/Pixabay

RINGTIMES BANYUWANGI - Inilah kisah tragis Kali Bekasi yang mengakibatkan 90 tentara Jepang tewas.

Apakah Anda tahu, kisah tragis Kali Bekasi yang pernah terjadi setelah kemerdekaan Indonesia diumumkan?

Simak kisah tragis Kali Bekasi disini, agar Anda tahu ada peristiwa buruk yang terjadi setelah kemerdekaan Indonesia. 

Baca Juga: Sejarah Dek Van dan Sa Koy, Jamet Thailand yang Tidak Jauh Beda dengan Indonesia

Dikutip dari Youtube agen rahasia pada Senin, 3 Januari 2022, cerita ini bermula bermula pada 15 Agustus 1945.

Jepang dikalahkan oleh sekutu dengan dua kali ledakan bom di Nagasaki dan Hiroshima.

Lalu Jepang menyerah tanpa syarat pada Asia Timur Raya dan mereka diberikan tugas sekutu.

Tugasnya yaitu menjaga keamanan dan ketertiban wilayah bekas jajahannya.

Baca Juga: 5 Peristiwa Penting dan Bersejarah di Momen Tahun Baru, dari Bubarnya Band Legendaris hingga Revolusi

Namun, kekalahan dari Jepang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk membalaskan dendam.

Lalu pada 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan berita ini tersebar ke seluruh pelosok tanah air.

Dari kabar ini banyak orang yang merasa bahagia tetapi juga ada orang yang masih ingin membalaskan dendam, tepatnya di Jakarta. Banyak para pemuda yang merupakan badan perjuangan yang mengambil alih markas Jepang.

Begitu pula gedung pemerintahan Jepang yang sebagian masih dihuni oleh tentara Jepang.

Baca Juga: Sejarah Kopi di Indonesia, Ternyata Bukan Komoditas Asli Tanah Air

Kemudian pada 19 Oktober 1945, Letnan Dua Zakaria Baharuddin mendapatkan instruksi penting saat dia sedang bertugas.

Intruksi itu berasal dari Jakarta, yang isinya harap membiarkan gerombolan kereta api melintas di stasiun Bekasi.

Hal itu dikarenakan kereta tersebut membawa 90 anggota Kaigun atau Angkatan Laut Jepang yang sebentar lagi akan melintas.

Rencananya tentara Jepang Kaigun akan dibawa ke Lapangan Kalijati Subang, untuk melanjutkan kepulangan ke negara asal.

 Baca Juga: Latar Belakang G30S PKI dan Kaitannya dengan Rezim Komunis

Saat mendengar kabar itu, Wakil komandan TKR memberikan instruksi kepada staf stasiun untuk mengalihkan jalur kereta tersebut dari jalur 2 ke jalur 1, yang merupakan jalan buntu.

Akhirnya 9 gerbong dan 3 gerbong  yang membawa 90 tentara Kaigun terpaksa berhenti di tepian kali Bekasi.

Saat kereta itu berhenti, para rakyat dan pejuang Bekasi langsung mengepung kereta sehingga membuat suasana menjadi mencekam. Lalu Letnan Dua Zakaria menanyakan surat izin jalan.

Mereka kemudian menunjukkan adanya surat izin jalan, yang ditandangani oleh menteri luar negeri Ahmad Soebardjo dan presiden Ir Soekarno.

Namun di tengah pemeriksaan, tiba-tiba prajurit Jepang memberikan tembakan pistol dari gerbong sehingga membuat para pejuang Bekasi dan rakyat melakukan penyerbuan di dalam kereta.

Baca Juga: Kembali Berduka, Wawan Wanisar Pemeran Piere Tendean di Film G30S PKI Meninggal Dunia

Dalam penyerbuan ini masa rakyat dan para pejuang Indonesia berhasil merampas kereta dan menguasai kereta.

Lalu para tentara Jepang dimasukkan ke sel yang tepat berada di belakang stasiun Bekasi.

Setelah 4 jam kemudian, tanpa memberikan kabar pada TKR Komandan Residen 5 Mayor Sambas, mereka langsung membawa tawanan ke tepian Kali Bekasi.

Satu persatu 90 tentara Jepang digorok lehernya kemudian dimasukkan ke dalam sungai Kali Bekasi, setelah eksekusi tersebut selesai. 

Salah satu saksi mata mengatakan bahwa tiba-tiba sungai berubah menjadi warna merah.

Baca Juga: Faktor Penyebab Terjadinya Peristiwa G30S/PKI, Materi PPKN Kelas 12 SMA Halaman 112

Mendengar kabar itu Laksaman Muda Maeda menjadi sangat marah, karena Indonesia tidak bisa menepati persetujuan nya.

Lalu kepala kepolisian Jendral Said dan staf luar negeri Budi Harto, merasa siap menerima kemarahan dari Laksama Muda Maeda.

Soekamto juga mengatakan bahwa insiden tersebut diluar dugaan Indonesia.

Dia juga menambahkan bahwa hanya pemerintah Republik Indonesia yang berhak menghukum mati.

Namun Laksamana Maeda mengatakan bahwa Bekasi belum tunduk dengan hukum Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, Laksama Maeda memahami masalah ini, dan mengatakan agar tidak terulang kembali.

Hal ini juga membuat Bung Karno untuk langsung datang ke Bekasi pada 25 Oktober 1945.

Bung Karno berupaya untuk menenangkan rakyat Bekasi agar tidak mengulangi kejadian itu lagi.

Dari peristiwa berdarah tersebut, dibuatlah monumen kali Bekali yang berada di Jalan Insinyur Haji Juanda Bekasi.

Setiap tanggal 19 Oktober kadang ada masyarakat Jepang yang melakukan ritual  tabur bunga di daerah tersebut.***

Editor: Shofia Munawaroh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah