Saat ditemukan, lanjutnya, kitab berangka tahun 1764 itu masih dalam kondisi 80 persen. Tidak ada sampul dan rusak pada bagian belakang sebanyak dua sampai tiga lembar.
Baca Juga: Wabah Virus Corona, Virgil van Dijk Kecewa Penonton Sepi
“Kondisinya agak kusam karena dimakan usia. Lembar per lembar rangkaian hurufnya masih jelas dan terbaca dengan baik,“jelasnya.
Meski ditulis dalam bahasa Arab pegon, rangkaian kata dan kalimat menggunakan bahasa Jawa kuno.
“Diduga bahasa asli penduduk Blambangan saat manuskrip itu ditulis,” jelasnya.
Pustakawan Ahli Muda, Yusuf Khoiri menambahkan, naskah kuno adalah kekayaan tersendiri bagi orang-orang yang fokus pada pelestarian dan pengkajian naskah kuno.
“Naskah kuno yang dimiliki Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Banyuwangi sebagai konten lokal masih sangat minim, padahal seharusnya identik dengan peradaban Blambangan,” tandasnya.
Baca Juga: Pebisnis Travel Umrah Terpaksa Batalkan Manasik Haji Akibat Wabah Virus Corona COVID-19
Kolektor manuskrip kuno, Ilham Panjibelambangan berpendapat bahwa naskah kuno merupakan peninggalan yang sangat berharga.
Sebab di dalam naskah terdapat kandungan dan ide yang tertulis lebih lengkap dari pada benda peninggalan sejarah lainnya.