Perpusda Banyuwangi Akan Digitalisasi Naskah Kuno Ponpes Cemoro

- 17 Maret 2020, 11:15 WIB
Para budayawan Banyuwangi sedang meneliti manuskrip kuno diduga peninggalan kerajaan Blambangan di Aula Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Banyuwangi, Jumat (13/3/2020).*/
Para budayawan Banyuwangi sedang meneliti manuskrip kuno diduga peninggalan kerajaan Blambangan di Aula Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Banyuwangi, Jumat (13/3/2020).*/ /Ilham Triadi/Ringtimes PRMN

RINGTIMES - Dinas Perpustakaan Daerah dan Arsip Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan even budaya  bertajuk Temu Gesah dalam rangka Pemasyarakatan Minat Baca Naskah Kuno, pada Jumat (13/3/2020).

Bertempat di Aula Dinas Perpusda dan Arsip Banyuwangi, acara tersebut dihadiri oleh komunitas budaya, komunitas pegon, komunitas lontar Osing, sastrawan, pelaku seni dan budaya, dan pengamat budaya.

Kepala Seksi Pelestarian Bahan Pustaka, Achmad Hidayat, mengatakan, kegiatan ini digelar untuk mencari format permulaan digitalisasi sepuluh lembar pertama dari ratusan halaman pada manuskrip naskah kuno milik Pondok Pesantren Cemoro Songgon.

“Kegiatan ini sekaligus membedah naskah kuno berupa manuskrip milik Pondok Pesantren Cemoro,” ungkapnya.

Achmad Hidayat mengaku sudah meminta ijin dan berkoordinasi  dengan pengelola Ponpes Al - Khaf Cemoro, Gus Reza dan Gus Umar, selaku pewaris dan pemilik Kitab.

Baca Juga: RSUP Sanglah: Penyebab Kematian WNA yang Tergeletak di Jalan Imam Bonjol Belum Diketahui

Manuskrip berhuruf arab pegon tersebut diduga peninggalan Kerajaan Blambangan dengan ukuran 20 cm X 30 cm setebal 7 cm dengan 100 lembar atau 200 halaman bertuliskan tangan diatas kertas daluang.

Dari analisa awal, Manuskrip tersebut diduga merupakan obyek cagar budaya yang berisi tentang sejarah yang tertulis di kitab tersebut tahun 1764 . 

Sementara itu, Gus Reza mengaku belum mengetahui apa isi manuskrip langka tersebut. Pihaknya berharap kepada Dinas Perpusda dan Arsip Banyuwangi membantu mengupas isi manuskrip yang ditemukan beberapa bulan lalu itu.

“Kitab itu kami temukan pada tumpukan kardus diantara kitab-kitab lain koleksi Perpustakaan Pesantren. Sedangkan ratusan kitab tua lainnya hasil printing dan stensilan. Hanya satu ini yang bertulis tangan dengan huruf arab pegon dan tinta bak hitam di atas kertas daluang,” ungkap Gus Reza.

Saat ditemukan, lanjutnya, kitab berangka tahun 1764  itu masih dalam kondisi 80 persen. Tidak ada sampul dan rusak pada bagian belakang sebanyak dua sampai tiga lembar.

Baca Juga: Wabah Virus Corona, Virgil van Dijk Kecewa Penonton Sepi

“Kondisinya agak kusam karena dimakan usia. Lembar per lembar rangkaian hurufnya masih jelas dan terbaca dengan baik,“jelasnya.    

Meski ditulis dalam bahasa Arab pegon, rangkaian kata dan kalimat menggunakan bahasa Jawa kuno.

“Diduga bahasa asli penduduk Blambangan saat manuskrip itu ditulis,” jelasnya.

Pustakawan Ahli Muda, Yusuf Khoiri menambahkan, naskah kuno adalah kekayaan tersendiri bagi orang-orang yang fokus pada pelestarian dan pengkajian naskah kuno.

“Naskah kuno yang dimiliki Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Banyuwangi  sebagai  konten lokal masih sangat minim,  padahal  seharusnya  identik  dengan peradaban  Blambangan,” tandasnya. 

Baca Juga: Pebisnis Travel Umrah Terpaksa Batalkan Manasik Haji Akibat Wabah Virus Corona COVID-19

Kolektor manuskrip kuno, Ilham Panjibelambangan berpendapat bahwa naskah kuno merupakan peninggalan yang sangat berharga.

Sebab di dalam naskah terdapat kandungan dan ide yang tertulis lebih lengkap dari pada benda peninggalan sejarah lainnya.

Untuk itu, Ia berharap semua masyarakat menyadari akan pentingnya naskah yang juga merupakan aset sebuah bangsa.

“Lalu berusaha semaksimal mungkin bagaimana cara kita menyelamatkan naskah supaya tidak rusak, raib atau hilang,” pungkasnya.

 

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x