Cerita G 30 S PKI, Dibalik Operasi Penangkapan Ketua CC PKI DN Aidit dan Anggotanya  

- 14 September 2020, 18:45 WIB
Sejarah G30 S PKI.
Sejarah G30 S PKI. /mamikos.com

 

RINGTIMES BANYUWANGI – Salah satu sejarah kelam bagi bangsa Indonesia adalah Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia. Peristiwa ini lebih dikenal dengan sebutan G 30S PKI.

Tepatnya, tragedi ini terjadi pada tanggal 30 September 1965. Tragedi ini menjadi luka dan duka lama bagi bangsa Indonesia. Peristiwa bersejarah ini masih menjadi misteri. Fakta demi fakta terus diungkap untuk menunjukkan jawaban yang pasti penyebab terjadinya tragedi mengerikan ini.

Beberapa tokoh dalam tragedi ini terus dicari dan dikejar melalui operasi intelijen yang ditujukan pada tokoh maupun otak dibalik tragedi G 30S PKI. Mengutip dari g30s-pki.com terjadi pengejaran terhadap tokoh nomor satu PKI yakni D.N. Aidit.

Baca Juga: Fantastis, Berikut Daftar Harga Ikan Cupang dari Puluhan Hingga Jutaan Rupiah

Operasi intelijen membuahkan hasil dengan ditangkapnya Ketua CC PKI D.N. Aidit di Solo pada tanggal 23 November 1965. Brigjen Supardjo ditangkap pada tanggal 12 Januari 1967 di Jakarta. Demikian juga tokoh-tokoh PKI lainnya, yang pada umumnya ditangkap melalui operasi intelijen.

Berikut merupakan proses penangkapan dan pengejaran tokoh-tokoh PKI melalui operasi intelijen:

Ketua CC PKI D.N. Aidit merasa usaha kudetanya di Jakarta menemui kegagalan, akhirnya ia segera menyingkir ke Jawa Tengah tanggal 2 Oktober 1965 dini hari menggunakan pesawat udara. Tanpa diketahui oleh PKI, seorang intelijen bernama Sriharto alias Liem Han Koen menyusup memasuki lingkungan orang-orang PKI yang akan melindungi D.N. Aidit.

Baca Juga: Habib Rizieq Tanggapi Kasus Penusukan Syekh Ali Jaber, Begini Seruannya

Selanjutnya Sriharto melaporkan sekaligus membuka identitas dirinya selaku anggota Direktorat Khusus Staf Angkatan Bersenjata/ Kompartemen Pertahanan Keamanan untuk daerah “Jaringan Operasi (Jarop) Lebah” Surakarta kepada Kolonel Yasir Hadibroto selaku Komandan Pelaksana Kuasa Perang (Dan Pekuper) di Lojigandrung-Solo, bahwa ia telah menyusup ke dalam tubuh PKI.

Ia mendapat kepercayaan dari PKI untuk menyelamatkan Ketua CC PKI D.N. Aidit. Sriharto disusupkan ke dalam tubuh PKI melalui SBIM (Serikat Buruh Mesin dan Metal) di Purwosari.

Organisasi ini berada di bawah naungan SOBSI, selain anggota SBIM Sriharto pun menjadi Wakil Ketua Partai Indonesia (Partindo) yang mengantarkan dirinya menjadi anggota legislatif (DPR-GR). Dengan demikian penetrasi ke dalam tubuh PKI berjalan mulus, sehingga Sriharto menjadi orang penting dalam tubuh PKI sejak tahun 1963, sesuai dengan sasaran yang dituju.

Baca Juga: Aglaonema Dinilai Mampu Hasilkan Jutaan Rupiah, Begini Cara Perawatannya  

1. Rencana Operasi Penangkapan

Setelah mempelajari laporan dan rencana penangkapan, Kolonel Yasir Hadibroto yang didampingi oleh Kasi I Pekuper Kapten Hartono disetujui untuk melakukan operasi penangkapan.

Untuk suksesnya operasi dibuat skenario yang memanfaatkan kondisi yang ada waktu itu dengan cara membuat kepanikan-­kepanikan Aidit dari bahaya yang mengancam keselamataanya.

Skenario sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga dengan “jasa” Sriharto, tokoh tersebut akan selalu dapat “terhindar” dari penangkapan. Agar renacana terlaksana seperti yang diharapkan, Sriharto bersikap seperti orang yang serba tahu soal-soal operasi yang akan dilakukan oleh militer.

Baca Juga: Dugaan Ada Aktor Lain di Balik Kasus Penusukan Syekh Ali Jaber

2. Jalannya Operasi Penangkapan

Setelah menyusun rencana operasi penangkapan D.N. Aidit di Markas Brigif 4 Lojigandrung, Sriharto mulai melaksanakan tugas tersebut tanggal 12 November 1965 sore. Ia menemui Siswadi, anggota Biro Khusus PKI yang juga pengurus Baperki yang menangani bidang kesenian.

Siswadi inilah yang meminta Sriharto untuk melaksanakan “Tugas berat tapi mulia” yaitu menyelamatkan Ketua CC PKI D.N. Aidit, selanjutnya Sriharto diperkenalkan dengan Sudarmo seorang pengawal Aidit.

Selanjutnya Sudarmo memberikan surat kepada Sriharto sebagai tanda untuk mengambil Aidit dari tempat persembunyiannya. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut: “Supaya radio yang diperbaiki disini dapat diserahkan kepada pembawa surat ini”. Demikian pertemuan dengan Siswadi dan Sudarmo, sebelum Sriharto melapor kepada Kolonel Yasir Hadibroto.

Baca Juga: Kabar Baik, Seluruh Tenaga Honorer Akan Dapat BLT Rp600 Ribu per Bulan

Pukul 9.00 pada tanggal 15 November 1965 di kampung Kerten dilakukan operasi umum oleh Brigif 4 di bawah pimpinan Kapten Hardijo dengan dalih untuk mencari senjata. Dengan tujuan utama untuk mengetahui situasi di dalam rumah Hardjomartono, sambil membuat petunjuk di mana Aidit bersembunyi. Kapten Hardijo telah ditunjuk untuk memimpin operasi penangkapan.

Pada tanggal 16 November 1965 Hardjomartono datang ke rumah Sriharto di Kerten dengan becak. Ia melaporkan kepada Aidit tentang adanya aksi penggerebegan pada malam harinya di Sambeng. Ternyata kejadian tersebut tidak dicurigai oleh pihak Aidit.

Pada tanggal 17 November 1965 Hardjomartono datang kembali ke rumah Sriharto dengan mengantar seorang kurir dari Jakarta, yang mengaku anggota Cakrabirawa yang melaporkan hasil-hasil pertemuan di Jakarta kepada D.N. Aidit.

Baca Juga: 5 Cara Mudah Merawat Anggrek, agar Sehat dan Selalu Berbunga

Orang tersebut selain melaporkan situasi juga menyerahkan revolver Colt 38 kepada Aidit. Selanjutnya revolver tersebut diserahkan kepada Sriharto dengan ucapan “Pakailah perlengkapan ini baik-baik selama Bung mengawal saya!”.

Sesuai dengan tugas yang diemban oleh Sriharto untuk menangkap Aidit, maka sernua pembicaraan dan kejadian diingat secara baik untuk disusun sebagai laporan. Semua laporan disampaikan kepada Kolonel Yasir Hadibroto.

Selama Aidit di rumah Sriharto anggota Intel Brigif 4 yang dipimpin oleh Letda Ning Prajitno secara ketat mengawasi lokasi itu yang bertujuan :

1. Untuk mengetahui hal hal yang tidak diketahui oleh Sriharto yang berada di dalam rumah.

2. Kemungkinan terjadinya perubahan situasi secara mendadak.

Operasi penangkapan selanjutnya dilakukan pada seluruh anggota, diantaranya adalah operasi penangkapan mantan Brigjen Supardjo, operasi penangkapan Amir Anwar Sanusi, operasi penangkapan Mbah Suro, operasi Penangkapan Nyono, operasi penangkapan Mantan Kolonel Inf. A. Latief, operasi penangkapan mantan Letnan Kolonel Untung, dst.***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x