RINGTIMES BANYUWANGI – Tatjana Schoenmaker berhasil mempersembahkan medali emas pertama untuk Afrika Selatan pada perhelatan Olimpiade Tokyo 2020.
Kali ini adalah medali keduanya setelah medali perak yang berhasil ia kantongi dari renang gaya dada 100m putri pada hari Selasa 27 Juli lalu dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Sebelumnya, negara Afrika Selatan telah berhasil mengantongi satu medali perak di Olimpiade Tokyo 2020.
Dilansir dari Olympics pada Jumat 30 Juli 2021, Schoenmaker juga berhasil mencetak sejarah baru.
Baca Juga: LIVE Nonton Voli Italia vs Iran, Link Streaming Olimpiade Tokyo 2020
Pasalnya perempuan yang berusia 24 tahun ini berhasil memecahkan rekor dunia, yakni renang gaya dada putri tercepat dengan waktu 2 menit 18,95 detik.
Sedangkan rekor sebelumnya dipecahkan oleh Rikke Moller Pederson asal Denmark.
Pederson saat itu berhasil mencetak rekor baru dengan waktu 2 menit 19,11 detik pada tahun 2013.
Awalnya, Schoenmaker tertinggal dari perenang Lilly King asal Amerika Serikat. Namun di tengah perjalanan, Schoenmaker berhasil melesat ke depan.
Baca Juga: LIVE Nonton Basket China vs Australia, Link Streaming Olimpiade Tokyo 2020
Beberapa saat setelah melihat papan skor, Schoenmaker menitikkan air matanya. Ia seakan tidak percaya bahwa Renang gaya dada kali ini telah mengantarkannya meraih medali emas.
Ia juga mengaku tidak menduga bahwa dalam waktu singkat ia dapat berdiri di atas podium pemenang.
Schoenmaker juga diberi selamat oleh Lilly King dari USA yang menempati posisi kedua.
Selain diberi Selamat oleh peraih juara kedua tersebut, Schoenmaker juga dberi selamat oleh Annie Lazor yang meraih posisi ketiga.
Baca Juga: Jadwal Perempatan Final dan Drawing Sepakbola U-23 Olimpiade Tokyo 2020
Sedangkan teman satu tim Schoenmaker dari Afrika Selatan, Kaylene Corbett, telah selesai di posisi kelima
Dengan ini, jumlah sementara medali yang diraih oleh negara Afrika Selatan adalah 3 medali. Yakni satu medali emas dan dua medali perak
Selama pelaksanaan upacara kemenangan, Schoenmaker tak henti-hentinya berlinang air mata.
Schoenmaker mengungkapkan bahwa dia tidak ingin mimpi olimpiadenya berakhi, Dia tetap bersemagatn untuk pergi dan merayakannya.***