Korban PHK Asal Magelang Sukses Jadi Petani Ubi, Beromzet Ratusan Juta

4 Mei 2021, 10:04 WIB
Khairul Umam, korban PHK yang sukses jadi petani ubi madu /Tangkapan layar YouTube CapCapung/

RINGTIMES BANYUWANGI – Muhammad Khairul Umam, pria asal Magelang yang sempat jadi korban PHK perusahannya karena pandemi Covid-19.

Usai di PHK dari tempat ia bekerja, Khairul memutuskan untuk pulang kampung dan menjadi petani ubi madu bersama teman-temannya.

Hanya dalam waktu tiga bulan menjadi petani ubi madu, Khairul dan teman-temannya bisa mengekspor hasil pertaniannya ke berbagai negara.

Baca Juga: Pria Asal Sleman Tinggalkan Jabatan Manajer di BUMN Demi Ternak Kambing

Sebelumnya, Khairul bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Menurut Khairul dunia pertanian itu sangat menarik.

Karena ketertarikan tersebut, ia memutuskan untuk menjadi petani ubi madu.

“Bagi saya, dunia pertanian itu sangat menarik. Yang pertama, pertanian bisa menyediakan pangan ke seluruh rakyat Indonesia. Kedua, tanaman ubi ini juga bagus, karena bisa menggantikan bahan pokok nasi,” ujar Khairul, dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari kanal YouTube CapCapung, 4 Mei 2021.

Baca Juga: 6 Tanda Menopause pada Wanita, Cek Apa Saja

Awal jadi petani ubi madu, Khairul sempat melihat informasi dari YouTube bahwa orang Jepang dan Korea banyak yang mengonsumsi ubi.

Selain dari media sosial, Khairul juga belajar belajar dari petani-petani di desanya. Ia berharap ubi madu yang ditanamnya kelak bisa diekspor ke luar negeri.

“Awal bertanam, saya belajar dari petani-petani di daerah sini. Saya juga belajar dari media sosial. karena pengaruh media sosial itu kalau kita gunakan secara positif, banyak manfaatnya,” kata Khairul.

Baca Juga: Intip Perjalanan Pria Cilacap Mulai Bisnis Modal Rp5 Juta Hasilkan Rp2,5 Milyar Per Bulan

Khairul menjelaskan keuntungan dari menanam ubi madu. Menurutnya, ubi madu cenderung terhindar dari hama.

Selain itu, tanaman ubi madu juga bisa mematikan tumbuhan mengganggu, seperti ilalang dan rumput.

Untuk panen, ubi madu membutuhkan waktu tiga setengah bulan. Jika buahnya terlalu besar, Khairul biasa menjualnya ke pasar-pasar lokal dan tukang keripik.

Baca Juga: 7 Vitamin yang Harus Dikonsumi Wanita Usia 40 Tahun ke Atas

Menurut Khairul, tidak semua ubi bisa diekspor ke luar negeri. Jika ke pasar ekspor, maka harus mengikuti spek dari pihak pengekspornya.

“Kalau buahnya terlalu besar, nanti kita jualnya juga susah. Paling ke pasar-pasar likal, ke tukang keripik, itu saja. Tapi karena kita ke pasar ekspor, kita harus mengikuti spek dari pihak pengekspornya,” jelas Khairul.

Sebelum memutusakan menanam ubi madu, Khairul melakukan lobi ke pihak eksporting untuk mencari tahu komoditas apa yang bisa diekspor.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Ibu yang Mencerdaskan Otak Anak, Cek Apa Saja

Khairul diberi tahu bahwa ubi madu menjadi salah satu yang bisa diekspor ke luar negeri. Sehingga, ia pun mantap untuk menjadi petani ubi madu.

Untuk menanam ubi madu di lahan seluas satu hektare, Khairul membutuhkan modal sebanyak 12 juta.

Biaya traktor, Rp600 ribu per hektare, biaya mencangkul Rp4 juta, biaya tanam dan bibit Rp2 juta, dan pendangkiran Rp4 juta.

Dengan modal Rp12 juta tersebut, Khairul menunggu sekiar tiga bulan setengah untuk mendapatkan hasil Rp100 juta.

“Dengan modal penanaman sekitar Rp12 juta, kita tunggu sekitar tiga bulan setengah. Nanti begitu hasil dapat menghasilkan Rp100 juta,” ujar Khairul.***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Tags

Terkini

Terpopuler