3 Cara Membedakan Perilaku Toxic Positivity vs Genuine Optimism

- 27 Juni 2022, 21:40 WIB
Ilustrasi, Toxic Positivity
Ilustrasi, Toxic Positivity /Pexels by Kat Smith/

 Baca Juga: Masalah Penularan Infeksi HIV AIDS Perlu Diperhatikan di Indonesia

Perilaku Genuine Optimism

Pertama, tak hanya meilihat sisi baiknya (positif) nya saja, namun juga dapat melihat sisi buruk (negatif) suatu keadaan tersebut.

perkataan seperti "sangat sulit melihat situasi ini sebagai sesuatu yang positif sekarang, tapi aku akan mencoba melakukan apa yang aku bisa sekarang" atau "keadaan baik dan buruk akan datang silih berganti dalam hidup, aku akan berusaha menerima semuanya dan lebih berusaha membaik".

Kedua, tidak menyangkal keadaan atau perasaan kesusahan dan terpuruk tersebut sambil berusaha melihat sisi baik (positif) nya. 

Baca Juga: 7 Karbohidrat yang Dianjurkan Ahli Gizi untuk Penderita Diabetes

Misalnya berpikir, "aku kuat dan aku tau ini akan berdampak padaku tapi aku percaya bahwa aku bisa menghadapi ini" dan "ini adalah hal menyedihkan, namun aku akan berusaha memahami kesedihanku dan memberikan ruang untuk bersyukur pada apa yang masih kumiliki".

Ketiga, tidak memaksa diri untuk selalu bahagia, tergambar dalam pikiran "sekarang sangat susah untuk memikirkan hal yang membahagiakan karena keadaan menjadi sulit, tapi aku dapat mencoba hal baik di situasi sekarang ketika aku telah memahami semua luka ku".

Mungkin kita telah melakukan toxic positivity pada diri kita dan orang lain, adalah hal baik melihat suatu keadaan sebagai sesuatu yang positif. Namun keadaan terpuruk seperti ketika putus cinta, bercerai, kehilangan keluarga atau keadaan terpuruk ekstrim lainnya, normalnya manusia perlu merasakan tahap kesedihan. 

Baca Juga: 4 Tips Dan Tutorial Mengaplikasikan Makeup Terbaik Pada Kulit Berminyak

Halaman:

Editor: Al Iklas Kurnia Salam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah