Raja Salman Sakit, Isu Perebutan Tahta Kerajaan Semakin Memanas dan Trump Terancam Tak Terpilih

22 Juli 2020, 17:45 WIB
RAJA Salman.* //SPUTNIK PHOTO AGENCY VIA REUTERS

RINGTIMES BANYUWANGI - Raja ketujuh Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud saat ini tengah dikabarkan menderita sakit. Ia bahkan dirawat di RS King Faisal Riyadh.

Kondisi tersebut tentu mengundang sejumlah spekulasi tentang apakah kondisi beliau bakal semakin memburuk atau sebaliknya. Bahkan juga ada dugaan ia terkena virus corona meski sejumlah pihak telah menyanggahnya.

Sedangkan wabah corona sendiri telah menginfeksi banyak orang di negara penghasil minyak utama dunia ini. Menurut Worldometers, per Rabu (22/7/2020) ini sudah ada 255 ribu orang yang terinfeksi Covid-19 di Arab Saudi.

Baca Juga: Dugaan Kepada Pelaku Pembunuhan Editor Metro TV menggunakan Kupluk Hijau

Di mana 2.557 orang di antaranya telah meninggal dunia sedangkan 207.259 orang sembuh. Bahkan baru-baru ini sebelumnya ada dua pangeran Saudi yang meninggal dunia, isu corona juga menyeruak.

Bahkan di tengah kabar itu, politik perebutan tahta penerus kerajaan Saudi juga kini lagi memanas. Tentunya terkait permasalahan antara putra mahkota saat ini Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dan putra mahkota sebelumnya Pangeran Muhammad bin Nayef bin Abdulaziz Al Saud.

Seperti diketahui Pangeran Muhammad bin Nayef digulingkan dari kursinya tahun 2017. Saat itu kudeta terjadi dan posisinya digantikan MBS.

Berita ini sebelumnya telah terbit di Galamedianews.com dengan judul Perebutan Tahta Arab Saudi Kian Panas saat Raja Salman Sakit dan Donald Trump Terancam Tak Terpilih

Bersamaan dengan hari diumumkannya dirawatnya Raja Salman di RS, Twitter di Arab Saudi memanas. Tuduhan korupsi kepada Muhammad bin Nayef kembali menyeruak.

"Mohammed Bin Nayef memungkinkan jaringan korupsi yang dijalankan oleh al-Jabri untuk beroperasi," tulis salah satu cuitan yang menjadi trending itu.

Al Jabri sendiri adalah ajudan Muhammad bin Nayef yang seorang pejabat intelijen.

Baca Juga: Akui Tahu Kejadian Sebenarnya, Rekan Yodi Siap Buka Mulut Terkait Kasus Pembunuhan Editor Metro TV

Sumber Reuters mengatakan munculnya kasus ini bukan tanpa alasan. Seorang diplomat yang tak disebutkan namanya mengatakan ini upaya untuk semakin melengserkan Muhammad bin Nayef dalam deretan penerus tahta.

Serangan di klaim dibuat pendukung pemerintah. Tujuannya menggoyang opini publik.

"Tweet membuka jalan bagi pemerintah Saudi untuk menuduh Muhammad bin Nayef terlibat dugaan korupsi Jabri," tulis Reuters mengutip sumber itu.

Baca Juga: 7 Tips Pekerjaan yang Bisa Hasilkan Rp1 Juta Perminggu

Sumber itu menyebutkan, ini adalah kampanye tersusun yang mendiskreditkan Muhammad bin Nayef. Sebab, Putra Mahkota MBS sedang berusaha menyingkirkan saingan-saingannya dalam menggantikan posisi Raja Salman.

"Mereka telah menyiapkan dokumen melawannya sejak Maret," kata salah satu sumber Reuters, menambahkan bahwa mereka yang berada di balik kampanye Twitter ingin "mencoreng citranya di dalam negeri".

Sebelum dipecat, Muhammad bin Nayef dipandang paling mumpuni menggantikan raja. Ia sempat mengendalikan pasukan keamanan negara dan mengembangkan hubungan dekat dengan agen-agen intelijen barat.

Baca Juga: Akui Tahu Kejadian Sebenarnya, Rekan Yodi Siap Buka Mulut Terkait Kasus Pembunuhan Editor Metro TV

Ia pun dikenal populer di kalangan konservatif. Meski begitu, Maret 2020 lalu, ia sudah di tahan bersama dua bangsawan senior lain di lokasi yang dirahasiakan.

Sementara itu, Jabri melalui keluarganya yang diasingkan di Kanada membantah semua tuduhan.

"Kampanye Twitter ini adalah penyimpangan dri kisah aktual, penyanderaan saudara dan saudari saya. Penganiayaan yang tidak sah dan tuduhan palsu," ujar putra Jabri, Khalid dalam wawancaranya dengan media Inggris tersebut.

Baca Juga: Dugaan Kepada Pelaku Pembunuhan Editor Metro TV menggunakan Kupluk Hijau

Sebelumnya dalam laporan Wall Street Journal, Saudi mengatakan Jabri memimpin memimpin jaringan pejabat dan menyalahgunakan 11 miliar dolar AS (sekitar Rp 160,9 triliun) dana kementerian dalam negeri selama Muhammad bin Nayef menjabat.

Seorang sumber mengatakan Twitter memang jadi alat pengalihan opini penting yang kerap dipakai pembantu MBS. Salah satunya Saud al Qahtani, mantan pengelola media kerajaan yang bertugas melindungi citra dan menyerang musuh-musuh secara online.

Namun Qahtani dipecat karena terlibat pembunuhan seorang jurnalis kontra pemerintah Jamal Khashoggi pada 2018. Tapi, beberapa sumber mengatakan ia masih berada di lingkatan dalam pangeran.

Baca Juga: Dituduh Punya Perjanjian dengan Trump, Mark Zuckerberg: Tidak Ada Perjanjian Dalam Bentuk Apapun

Sementara itu, sumber Reuters di Saudi mengatakan para pembantu MBS "mempercepat kampanye" melawan Muhammad bin Nayef menjelang pemilihan Presiden AS yang berlangsung November. Pasalnya kekalahan Presiden Donald Trump dalam sejumlah poling baru-baru ini membahayakan posisi putra mahkota.

Trump secara terbuka menyuarakan dukungan untuk MBS. Namun karena Covid-19, sejumlah polling menunjukkan saingannya Joe Bidden mendapat suara lebih banyak.

Padahal, calon nominasi Partai Demokrat ini mengaku akan mengambil sikap lebih keras terhadap MBS. Bahkan berjanji untuk membuatnya "membayar harga" untuk pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan mengakhiri penjualan senjata ke Arab Saudi.

Baca Juga: Demi Berjumpa Ganjar Pranowo, Pelajar SMK ini Tempuh Jarak 192 Km

Terkait kesehatan Raja Salman dikabarkan kini dalam kondisi stabil. Raja berusia 84 tahun ini mengalami peradangan kandung empedu. Tiga sumber Saudi menjelaskan pada Reuters bahwa, "Raja Salman baik-baik saja."

Pejabat Saudi menyatakan dia telah bicara dengan salah satu putra Raja Salman pada Senin (21/7/2020) yang terlihat "tenang" dan tak ada perasaan panik tentang kondisi kesehatan sang raja.

"Raja Salman juga telah menerima telepon dari para pemimpin Kuwait, Bahrain dan Yordania pada Senin (21/7)," ungkap laporan media nasional.

Baca Juga: Bosan Menjadi Pengangguran? Berikut Tips Memulai Bisnis untuk Pemula

Raja Salman terakhir bicara ke publik pada 19 Maret selama lima menit saat pidato di televisi tentang pandemi virus corona. Media juga merilis gambar dan video raja memimpin rapat kabinet pekan secara online. Media juga merilis foto putra mahkota menghadiri sejumlah rapat secara online.***( Dicky Aditya/Galamedianews)

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Galamedianews

Tags

Terkini

Terpopuler