Ribuan Wanita Turki Unjuk Rasa Menuntut Berakhirnya Kekerasan terhadap Perempuan

6 Agustus 2020, 08:45 WIB
Ilustrasi KDRT . / / Dok

RINGTIMES BANYUWANGI - Ribuan wanita turun ke jalan di beberapa kota di Turki untuk memprotes kekerasan terhadap perempuan, dan menuntut agar negara itu agar tetap menandatangi perjanjian internasional untuk melawan serangan semacam itu.

Demonstrasi pada hari Rabu merupakan yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir di tengah meningkatnya kemarahan tentang meningkatnya jumlah perempuan yang terbunuh oleh laki-laki dalam beberapa tahun terakhir.

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari Aljazeera, para demonstran berspekulasi bahwa Turki mungkin menarik diri dari kesepakatan Dewan Eropa 2011, yang dikenal sebagai Konvensi Istanbul.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Umumkan Tambahan Anggaran Bansos Bagi Masyarakat dan Pelaku UMKM

Konvensi yang mulai berlaku pada tahun 2014, adalah instrumen mengikat pertama di dunia untuk mencegah dan memerangi kekerasan terhadap perempuan dari perkosaan dalam pernikahan dan juga kekerasan seksual. Turki adalah negara pertama yang meratifikasinya.

Di Istanbul, ratusan wanita berunjuk rasa untuk mendukung kesepakatan tersebut, memegang plakat bertuliskan "Wanita tidak akan memaafkan kekerasan", "Terapkan Konvensi Istanbul" dan "Hidup solidaritas wanita".

Di Izmir, polisi turun tangan untuk menghentikan para demonstran, puluhan yang lain memilih untuk memulai protes duduk, kata kelompok hak-hak perempuan Solidaritas Wanita Nar di Twitter. Kelompok itu mengatakan 10 wanita telah ditahan.

Baca Juga: Islam, Penumbuh Subur Nasionalisme

Protes serupa juga terjadi di Ankara dan di kota-kota selatan Adana dan Antalya.

Menurut We Will Stop Femicides Platform, sebuah kelompok hak asasi yang memantau kekerasan terhadap perempuan, setidaknya 474 perempuan dibunuh di Turki tahun lalu.

Kebanyakan dari mereka dibunuh oleh pasangan mereka,  anggota keluarga, atau pria asing yang menginginkan hubungan dengan mereka.

Baca Juga: Fakta Menarik di Balik Kuasa Negara Amerika Serikat

Bulan lalu, pembunuhan brutal Pinar Gultekin, seorang mahasiswa berusia 27 tahun di provinsi Mugla, memicu kemarahan yang meluas di negeri itu dan mendorong banyak orang untuk turun ke jalanan.

Seorang mantan pacarnya telah didakwa dengan pembunuhan. Polisi mengatakan dia mengakui pembunuhan itu saat diinterogasi, menurut media setempat.

Demonstrasi terjadi di tengah-tengah laporan presiden Recep Tayyip Erdogan's Justice and Development Party (AK partai) mempertimbangkan apakah akan menarik diri dari konvensi Istanbul. Komite eksekutif partai pimpinan diharapkan bertemu untuk diskusi langsung minggu depan.***

Editor: Dian Effendi

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler