Konflik di Kongo Memakan Korban, Merupakan Ketegangan Etnis Warisan Tahun 90an

11 Agustus 2020, 07:45 WIB
Konflik etnis di Kongo yang menyebabkan korban tewas /Samir Tounsi/

RINGTIMES BANYUWANGI - Sekitar 19 orang warga sipil tewas, dan 2 orang lainnya terluka pada penyerangan di tiga desa akibat masalah Republik Demokratik Kongo Timur, provinsi Ituri.

Menurut Innocent Madukadala, mengungkapkan pada AFP News dikutip ringtimesbanyuwangi.com melalui Aljazeera, pada Senin 10 Agustus lalu, penyerangan tersebut terjadi pada Minggu 9 Agustus lalu di wilayah Banyali Kilo.

Ia menyalahkan Kerjasama Pengembangan  Kongo (CODECO), sebuah kelompok yang dituduh melakukan penyerangan ras.

Baca Juga: Viral, Kelamaan Bikin Skripsi, Mahasiswa Ini Tak Tahu Dosennya Sudah Pensiun

"Mereka membunuh 19 orang, beberapa orang tewas dengan golok, beberapa lainnya tertembak," kata dia

CODECO merupakan kelompok etnis yang berasal dari etnis Lendu, sebuah komunitas pertanian dominan yang secara historis bertentangan dengan Hema, sebuah kelompok pedagang dan peternak.

Dua komunitas tersebut telah terlibat konflik berdarah selama tahun 1999 hingga 2003 yang menyebabkan misi militer asing Uni-Eropa pertama, yakni Operasi Artemis.

Baca Juga: Sekelompok Laskar Serang Keluarga Habib, Ganjar Pranowo: Penegak Hukum Jangan Ragu

Madukadala mengatakan, lima orang tewas dalam serangan terkoordinasi di desa Lisey, bersama dengan dua orang lainnya di sebelah Tchulu dan 12 yang lain di Aloys.

Para saksi mengatakan bahwa enam tentara telah dikirim ke wilayah tersebut, meminta warga meniggalkan rumah untuk sementara waktu.

Sejak 2017, menurut laporan dari sebuah Kelompok Krisis Internasional bulan lalu, pelanggaran di Ituri telah menewaskan sekitar 1000 orang dan mengungsikan 500.000 ribu orang warga.

Pelanggaran tersebut meningkat setelah para tentara melancarkan tindak kekerasan pada kelompok bersenjata tersebut pada bulan Oktober.

Baca Juga: Bikin Heboh, Seorang Bayi Ditemukan Warga Palmerah dengan Ari-ari Masih Nempel

Komisi HAM UN pada Juni lalu menyatakan bahwa terdapat sekitar 636 orang meninggal sejak awal tahun.

Mereka mengungkapkan, penyerangan tersebut menyebar ke daerah baru setelah CODECO pecah, diikuti tewasnya pemimpin mereka, Ngudjolo Duduko Justin, pada Maret lalu.

 

 

Pertumpahan darah di Ituri merupakan bagian dari campur aduknya masalah yang ditimbulkan oleh kelompok bersenjata di DRC timur, yang merupakan bekas konflik di tahun 1990an.***

 

Editor: Dian Effendi

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler