9 Negara Berikut Ini Juga Diprediksi Alami Resesi Ekonomi pada Tahun 2020

22 September 2020, 19:59 WIB
Ilustrasi Resesi /

RINGTIMES BANYUWANGI - Pandemi Covid-19 berdampak paling tinggi pada sektor ekonomi baik dalam lingkup nasional maupun internasional.

Sejumlah negara termasuk Indonesia pun tengah mengalami resesi berdasarkan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam akun Youtube Kemenkeu RI pada Selasa, 22 September 2020.

Melalui video, Sri Mulyani menyatakan bahwa Indonesia dipastikan mengalami resesi pada bulan September 2020.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Selain Indonesia, Ini 9 Negara yang Diprediksi Alami Resesi Ekonomi pada Tahun 2020

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Tentunya, kabar terkait resesi tersebut kemudian cukup menghebohkan masyarakat.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengidentifikasi bahwa resesi hebat pernah terjadi pada tahun 2008-2010. Ketika itu produktivitas global turun secara substansial.

Selain Indonesia, ternyata adapula negara lain di dunia yang kemungkinan tinggi akan mengalami resesi pada tahun 2020 seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Washington Post berikut ini.

1. Jerman

Ekonomi Jerman menyusut 0,1 persen pada kuartal kedua setelah anemia 0,4 persen pertumbuhan pada awal tahun.

Baca Juga: Video Mantan Istri Presiden Soekarno Sedang Duel Yu-Gi-Oh Jadi Perbincangan di Jepang

Kondisi yang dapat disebut sebagai resesi yakni mengalami pertumbuhan negatif selama dua kartal berturut-turut, yang hampir dialami oleh Jerman.

Sehingga memicu kekhawatiran resesi resmi pada akhir tahun 2020.

Jerman sangat bergantung pada mobil manufaktur dan barang industri lainnya untuk menggerakkan ekonominya.

2. Britania Raya

Kisah Inggris tampaknya mirip dengan Jerman sebab pertumbuhan menyusut hingga 0,2 persen di kuartal kedua setelah kinerja 0,5 persen yang lemah di kuartal pertama.

Baca Juga: Rakyat Timor Leste Sengsara, Jose Ramos Horta Malah Bawa-bawa Nama Mi Instan Indonesia

Di atas kesengsaraan manufaktur, Inggris telah melihat penurunan investasi sebagian besar karena ketidakpastian Brexit.

Jika Inggris meninggalkan Uni Eropa pada bulan Oktober 2020 tanpa kesepakatan, maka Brexit yang dikenal pula memiliki pendirian keras tersebut diperkirakan akan memasuki resesi.

3. Italia

Perekonomian terbesar ketiga zona euro telah berjuang selama bertahun-tahun dan memasuki resesi tahun lalu. Namun pada 2019 lalu, kondisinya belum jauh lebih baik.

Pertumbuhan Italia di kuartal kedua hanya mencapai 0,2 persen sehingga timbul kekhawatiran yang akan berubah menjadi negatif jika negara tersebut tetap menjual beberapa barang ke Jerman yang mengalami kondisi jauh lebih buruk.

Baca Juga: Cerai dari Kiwil, Meggy Wulandari Resmi Menikah dengan Duda Anak Dua

Berdasarkan laporan, Italia juga berjuang dari krisis politik yang terus berlanjut yang mempersulit bantuan ekonomi tambahan dari pemerintah.

Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte menghadapi mosi tidak percaya di Senat negaranya pada akhir bulan ini. Bahkan beberapa pihak menyebut bahwa ia mungkin harus mengundurkan diri.

Utang Italia adalah salah satu yang tertinggi di dunia sehingga kemungkinan mengalami resesi menjadi semakin besar.

4. Meksiko

Ekonomi Meksiko berkontraksi 0,2 persen pada awal tahun dan nyaris lolos dari resesi resmi pada kuartal kedua dengan hanya tumbuh 0,1 persen.

Baca Juga: Syarat Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 10, Segera Cek Instagram dan Link Berikut Ini

Meksiko mengalami pula penurunan dalam investasi bisnis dan mosi tidak percaya.

5. Brazil

Tanda-tanda resesi di Brazil muncul saat adanya penyusutan 0,2 persen pada kuartal pertama.

Juga, diperkirakan akan menunjukan pertumbuhan negatif pada kuartal kedua akhir Agustus 2020 lalu.

Brazil telah berjuang untuk menjual barang ke luar negeri dan juga melihat permintaan pasar yang 'lesu' di dalam negeri.

Baca Juga: Muak Rajanya Suka Main Perempuan, Rakyat Thailand Hendak Gulingkan Kerajaan

Beberapa pihak sempat mengira bahwa Brazil akan diuntungkan karena Tiongkok berusaha membeli kedelai dan produk lain di tempat lain selain Amerika Serikat (AS).

Sebagai salah satu upaya, Presiden Jair Bolsonaro memberikan pembayaran tunai kepada para pekerja untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di negaranya.

6. Argentina

Berbeda dengan negara lainnya, Argentina telah mengalami resesi dan juga diprediksi akan semakin buruk.

Pasar saham Argentina pun sempat menurun hingga 50 persen. Kondisi tersebut termasuk kehancuran terbesar kedua yang dialami oleh negara manapun sejak 1950 silam.

Baca Juga: Muak Rajanya Suka Main Perempuan, Rakyat Thailand Hendak Gulingkan Kerajaan

Negara itu mengalami inflasi yang cepat saat harga melonjak dan Presiden Mauricio Macri dikalahkan dalam pemilihan utama.

7. Singapura

Singapura melaporkan bahwa ekonominya berkontraksi 3,3 persen pada kuartal kedua, pembalikan tajam dari pertumbuhan lebih dari 3 persen pada kuartal pertama.

Singapura menyalahkan perang perdagangan AS-Tiongkok atas masalahnya sebab ekonomi negara tersebut sangat bergantung pada ekspor.

Cukup banyak ekonom mengamati Singapura dan Korea Selatan sebagai indikator kuat untuk masa depan ekonomi global karena negara-negara ini berdagang dengan banyak negara lain, terutama Tiongkok dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Indonesia Diambang Resesi, Hingga Agustus APBN Defisit Senilai Rp500,5 Triliun

8. Korea Selatan

Perekonomian Korea Selatan menyusut 0,4 persen pada kuartal pertama tetapi naik 1,1 persen pada kuartal kedua. Namun para ahli menyebut bahwa kondisi tersebut tidak akan bertahan lama.

Jepang dan Korea Selatan berada di tengah perang dagang mereka sendiri yang diperkirakan akan menyeret pertumbuhan dan mempersulit Korea Selatan untuk menjual elektronik dan mobil ke luar negeri.

9. Rusia

Sebuah lembaga ekonomi Rusia memperingatkan bahwa negara tersebut bisa berada dalam resesi pada akhir tahun setelah tumbuh moderat 0,7 persen pada paruh pertama tahun 2019.

Diketahui, Rusia telah berjuang sejak 2014 karena harga minyak anjlok dan negara-negara lain menjatuhkan sanksi karena tindakan militer terhadap Ukraina.***(Farida Al-Qodariah/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler