Amerika Serikat Terus Jual Senjata ke Taiwan, Diduga Akan Picu Kemarahan Tiongkok

13 Oktober 2020, 20:13 WIB
ILUSTRASI perseteruan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok di Majelis Umum ke-75 PBB.* /pixabay

RINGTIMES BANYUWANGI - Pemerintah Amerika Serikat (AS) masih terus melakukan penjualan tiga jenis senjata canggih ke Taiwan.

Informasi tersebut diungkapkan oleh sumber yang mengetahui tentang masalah itu.

Seperti dikutip oleh rigntimesbanyuwangi.com dikutip dari Pikiran-rakyat.com dari News18, penjualan senjata menjelang pemilu AS disebut bisa menjadi pemicu kemarahan Tiongkok yang menganggap Taiwan sebagai pemberontak.

Tiongkok bahkan berjanji akan merebut kembali pulau Taiwan, jika perlu dengan memakai cara kekerasan.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Diduga akan Picu Kemarahan Tiongkok, Amerika Serikat Terus Lanjutkan Penjualan Senjata ke Taiwan

Baca Juga: Ini Dia Top Go-To Merchant Baru ShopeePay yang Bermanfaat untuk Kamu!

Pada bulan September 2020, tujuh sistem senjata utama tengah melalui proses ekspor yang dlakukan oleh AS ketika Washington bersitegang dengan Beijing.

Para pemimpin Senat Hubungan Luar Negeri dan komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan telah diinfokan bahwa tiga dari penjualan senjata yang direncanakan telah disetujui oleh Departemen Luar Negeri AS yang mengawasi Penjualan Militer Asing.

"Pemberitahuan untuk penjualan sistem senjata lain, termasuk drone udara yang besar dan canggih, rudal anti-kapal Harpoon berbasis darat dan ranjau bawah air, untuk mencegah pendaratan amfibi, belum mencapai Capitol Hill, tetapi ini diharapkan segera," kata sumber tersebut.

"Sebagai masalah kebijakan, Amerika Serikat tidak mengkonfirmasi atau mengomentari penjualan atau transfer pertahanan yang diusulkan sampai mereka secara resmi diberitahukan kepada Kongres," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Baca Juga: Tolak Omnibus Law, Habib Rizieq Siapkan 10.000 Pasukan Serbu Istana Negara

Komite Hubungan Luar Negeri Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat AS memiliki hak untuk meninjau, dan memblokir, penjualan senjata di bawah proses peninjauan informal sebelum Departemen Luar Negeri mengirimkan pemberitahuan resminya ke cabang legislatif.

Kantor perwakilan Taiwan di Washington mengatakan tidak memberikan komentar terkait penjualan senjata itu, sementara kedutaan Tiongkok tidak segera menanggapi.

Berita tentang kelanjutan penjualan senjata baru muncul setelah para pejabat senior AS pekan lalu mengulangi seruan agar Taiwan membelanjakan lebih banyak untuk pertahanannya sendiri dan untuk melakukan reformasi militer dari kemungkinan serangan Tiongkok.

Penjualan senjata dari AS ini terjadi setelah Tiongkok terus meningkatkan aktivitas militernya di wilayah Taiwan.

Baca Juga: Pilih Hengkang dari Dear M, Kim Sae Ron Akui Ada Beda Visi

Berbicara pada Rabu minggu lalu, penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien memperingatkan agar tidak ada upaya untuk merebut kembali Taiwan dengan paksa. Dia mengatakan pendaratan amfibi terkenal sulit dan ada banyak ambiguitas tentang bagaimana AS akan merespons.

AS diwajibkan oleh undang-undang untuk memberi Taiwan sarana membela diri, tetapi belum dijelaskan apakah akan campur tangan secara militer jika terjadi serangan Tiongkok. Jika hal ini terjadi kemungkinan akan mengarah pada konflik yang lebih luas dengan Beijing.

O'Brien mengatakan Taiwan perlu berinvestasi dalam kemampuan termasuk lebih banyak rudal jelajah pertahanan pesisir, ranjau laut, kapal serang cepat, artileri bergerak, dan aset pengawasan canggih.***(Julkifli Sinuhaji/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler