Bantuan Tak Kunjung Datang, Perempuan Asal Thailand ini Putus Asa

- 29 April 2020, 13:49 WIB
/

 

RINGTIMES BANYUWANGI - Hampir semua daerah di seluruh dunia menerapkan lockdown sebagai salah satu upaya untuk menghentikan penyebaran Virus Corona.

Hal itu membuat banyak pekerja kehilangan pekerjaannya, sehingga aktivitas pun menjadi terhambat.

Selama melakukan karantina wilayah atau lockdown, pemerintah diharuskan memberikan bantuan untuk warga yang terdampak.

Baca Juga: Update 29 April 2020, Hampir 1 juta Pasien COVID-19 Dinyatakan Sembuh

Hal itu membuat seorang perempuan meminum racun tikus pekan ini di luar Kementerian Keuangan Thailand.

Perempuan tersebut melakukan tindakan tersebut untuk memprotes pemberian bantuan yang lambat, padahal pemerintah telah menjanjikan warga akan mendapatkan uang bantuan pada Selasa, 28 April 2020 lalu.

Dikutip oleh ringtimesbanyuwangi.pikiran-rakyat.com dari pikiranrakyat-bekasi.com, perempuan yang meminum racun pada Senin, 27 April 2020 lalu memprotes proses panjang pendaftaran yang dia ajukan sebulan yang lalu, ia menuduh pemerintah mengabaikan permohonannya.

Baca Juga: Diduga Mencuri, Pria Berkebutuhan Khusus ini Dihakimi Warga Setempat

Menurut juru bicara kementerian keuangan, perempuan tersebut sedang dalam pemulihan di rumah sakit dan akan menerima pembayaran pada Rabu,29 April 2020 hari ini.

Thailand mengumumkan bulan lalu bahwa pemerintah akan memberikan 15.000 baht atau Rp 7.170.00 kepada mereka yang pekerjaannya telah terkena dampak wabah virus corona dan tindakan pencegahan.

Program itu juga akan menjangkau dampak dari perintah penutupan mal dan kegiatan bisnis lain sebulan lalu.

Baca Juga: Berikut Tips Agar Tubuh Tetap Sehat dan Bugar Selama Puasa Seharian

Seperti kami kutip dari artikel berjudul Putus Asa Tunggu Bantuan saat Lockdown, Perempuan Asal Thailand Tenggak Racun Tikus

Total bantuan senilai 7,4 miliar dolar dinilai tidak cukup cepat disalurkan pada banyak warga Thailand, yang kesulitan kehidupan sehari-harinya.

Selain itu diperburuk juga dengan berkurangnya pendapatan kegiatan ekonomi domestik terhenti.

Attachak Sattayanurak, seorang dosen di Universitas Chiang Mai yang penelitian akademisnya tentang kaum miskin kota telah membawanya bertemu dengan banyak warga Thailand yang mendaftar program bantuan itu.

Baca Juga: Penggali Kubur Jenazah, Siaga 24 Jam Saat Pandemi Virus Corona

Dia mengatakan bahwa kasus perempuan yang mengonsumsi racun itu merupakan simbol dari masalah yang jauh lebih besar.

"Upaya bunuh diri publik mencerminkan keputusasaan absolut dari satu orang biasa yang mencoba mengirim pesan bahwa pemerintah tidak melindungi rakyat kecil," katanya.

Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa kemarin bahwa ia sangat menyadari perjuangan yang dihadapi warga, terutama mereka yang berpenghasilan rendah.

Baca Juga: Akhirnya, 3 Pelaku Penolakan Jenazah Perawat Corona Segera Disidang

"Kami melindungi seluruh warga dari semua sektor, baik petani, pekerja lepas, pekerja formal atau informal," ujarnya.

Kelompok-kelompok bisnis memperkirakan bahwa 10 juta orang, atau 26 persen dari tenaga kerja negara itu, akan kehilangan pekerjaan jika wabah itu berlangsung beberapa bulan, terutama karena pembatasan pada sejumlah sektor, termasuk ritel dan konstruksi.

Menurut Kementerian Keuangan Uttama Savayana, secara keseluruhan, 24 juta orang mengajukan permohonan bantuan kemanusiaan dan hingga pekan ini, 7,5 juta telah menerima pembayaran pertama dari tiga bulanan 5.000 baht atau setara Rp. 2.390.000.

Baca Juga: Membludak!, Sebanyak inikah Warga Jakarta Barat yang Positif Corona

“Sebanyak 16 juta pendaftar dinilai memenuhi kriteria, tetapi hanya 10,6 juta dari mereka yang telah disetujui, sisanya masih dievaluasi,” tuturnya.

Pemerintah pada Selasa menambah jumlah maksimum pekerja yang dapat memperoleh bantuan hingga 16 juta dari 14 juta dan juga menjanjikan bantuan untuk 10 juta petani secara terpisah.

Thailand telah menjanjikan langkah-langkah senilai setidaknya 2,4 triliun baht atau 74,05 miliar dolar, yang setara dengan lebih dari 14 persen dari PDB negara itu, untuk membantu individu dan bisnis yang terkena dampak pandemi.

Baca Juga: Jika Eksploitasi Alam Tak Berhenti, Pandemi Ganas Akan Sering Muncul

Attachak mengatakan Thailand harus bertindak cepat.

"Wabah COVID-19 telah membuat ketimpangan di Thailand lebih mencolok ... Mereka yang membutuhkan harus dibantu secara menyeluruh dan segera," imbuhnya.

Para ekonom memperkirakan tahun depan suram dengan kontraksi terburuk sejak krisis keuangan Asia 1997/1998 karena penurunan ekspor dan dampak berkepanjangan pada pariwisata, mesin pertumbuhan untuk ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu.

Baca Juga: Tengah Menjadi Perhatian, Ashanty : Kondisinya Sempat Tak Stabil

"Semua ini akan semakin diperburuk oleh tindakan karantina wilayah yang mengganggu kegiatan ekonomi domestik," ucap ekonom Nomura Charnon Boonnuch.

Thailand sejauh ini melaporkan 2.938 kasus COVID-19 dan 54 kematian.(Penulis: Galih Ferdiansyah) 

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah