Akibat Covid-19, Perdagangan ASEAN -China Tumbuh di Tengah Krisis

- 7 Mei 2020, 17:55 WIB
Ilustrasi krisis ekonomi.
Ilustrasi krisis ekonomi. //Pixabay

 

RINGTIMES BANYUWANGI  -  Kini Perdagangan antara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) dan China tumbuh di tengah krisis akibat wabah COVID-19.

Karena Peningkatan tersebut dipicu oleh rendahnya biaya pengapalan yang ditunjang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), demikian pendapat pengamat dikutip China Daily, Kamis.

Data Kementerian Kepabeanan China (GAC) menyebutkan bahwa ASEAN mengambil alih posisi Uni Eropa sebagai mitra dagang terbesar China pada triwulan pertama tahun ini.

Baca Juga: Inilah Surat Pernyataan ABK WNI Kapal Tiongkok yang Buang Jasad Ke laut

sumber berjudul : Perdagangan ASEAN-China tumbuh di tengah krisis

Perdagangan luar negeri China dengan ASEAN telah mencapai 991,34 miliar yuan selama periode tersebut atau naik 6,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan memberikan kontribusi sebesar 15,1 persen dari total perdagangan global China.

Selain keputusan Inggris yang keluar dari UE pada akhir Januari, impor China dari ASEAN turut berkontribusi terhadap fenomena tersebut, demikian Direktur Jenderal Statistik dan Analisis GAC Li Kuiwen.

China mengimpor produk komponen elektronika aktif (IC) senilai 105,65 miliar yuan, termasuk microprocessor chip, chip capacitor dan konverter analog-digital dari pasar ASEAN selama tiga bulan pertama tahun ini atau naik 25,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sekaligus menyumbang 23,4 persen dari total impor China dari ASEAN.

Baca Juga: Di tengah Pandemi Virus Corona, Pemulangan WNI Masih Berlanjut

Beberapa perusahaan asal Jepang dan Korea Selatan, seperti Sharp Corp dan Samsung Electronics Co Ltd, yang memindahkan produksinya ke berbagai negara dan membangun pabrik IC ke negara-negara ASEAN, seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia dalam beberapa tahun yang lalu turut mempengaruhi nilai perdagangan global China.

ASEAN mampu menjawab permintaan produk-produk China tersebut, kata Wakil Ketua Komisi Pakar Asosiasi Perdagangan Internasional China (CAIT) Li Yong.

"Terkait wabah, China dan ASEAN sama-sama menghadapi persoalan rantai pasokan industri yang justru memperkuat tekad dan motivasi kedua belah pihak dalam meningkatkan perdagangan bilateral," ujarnya.

Baca Juga: Tak Direstui Pihak Keluarga, Seorang Perempuan Ini Dibunuh

Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Internasional di University of International Business and Economics (UIBE) Beijing Zhuang Rui menekankan pentingnya bagi China mencari pertumbuhan baru bernilai tambah dalam transformasi industri.

Sementara itu, Wakil Direktur Komite Ekonomi Lembaga Konsultasi Politik Rakyat China Fang Aiqing menilai terlalu dini menyimpulkan ASEAN sebagai mitra dagang terbesar negaranya dalam jangka panjang.

Jarak distribusi logistik yang pendek, struktur industri yang saling melengkapi, dan berbagai inisiatif dalam RCEP pada akhir tahun ini, Fang memperkirakan bahwa penandatanganan perjanjian perdagangan terbesar di dunia tidak hanya akan memfasilitasi China dan ASEAN untuk meningkatkan kemitraan dagang, melainkan juga sektor investasi, pariwisata, dan konektivitas regional.(Penulis:  Sophia Tri Rahayu) 

Baca Juga: Sengaja Tinggalkan di Lautan Es, Seekor Anjing Setia Menunggu Tuannya

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x