Ilmuwan Sebut Hutan Amazon Brazil Bisa Menjadi Sarang Virus Corona

- 14 Mei 2020, 15:20 WIB
KEBAKARAN hutan Amazon di Brasil, Kamis 22 Agustus 2019.*/REUTERS
KEBAKARAN hutan Amazon di Brasil, Kamis 22 Agustus 2019.*/REUTERS /

RINGTIMES BANYUWANGI - Pandemi berikutnya bisa datang dari hutan hujan Amazon, ekolog Brasil David Lapola memperingatkan perambahan manusia pada habitat hewan kemungkinan penyebab dalam wabah virus corona melonjak di sana karena deforestasi yang kian merajalela.

Para peneliti mengatakan urbanisasi daerah yang dulu liar berkontribusi terhadap munculnya penyakit zoonosis yang berpindah dari hewan ke manusia.

Termasuk virus corona baru, yang diyakini para ilmuwan berasal dari kelelawar sebelum ditularkan ke manusia di provinsi Hubei yang mengalami urbanisasi, mungkin melalui spesies ketiga.

Baca Juga: Kakek 71 Tahun Dihukum, Karena Nekat Jualan Sayur saat Lockdown,

Seperti kami kutip dari artikel berjudul Ilmuwan Peringatkan Hutan Amazon Brasil Bisa Menjadi Sarang 'Virus Corona' Terbesar di Dunia

Lapola, 38, yang mempelajari bagaimana aktivitas manusia akan membentuk kembali ekosistem hutan tropis di masa depan, mengatakan proses yang sama juga berlaku di Amazon.

"Amazon adalah tempat penyimpanan virus yang sangat besar," katanya kepada AFP dalam sebuah wawancara. 

"Sebaiknya kita tidak mencoba keberuntungan kita," katanya dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

Baca Juga: Indonesia Bangkit!!! Presiden Resmikan Gerakan Nasional #BanggaBuatanIndonesia

Hutan hujan terbesar di dunia menghilang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

Tahun lalu, di tahun pertama Presiden Jair Bolsonaro menjabat, penggundulan hutan di Amazon Brasil melonjak 85 persen, menjadi lebih dari 10.000 kilometer persegi (3.900 mil persegi) - daerah yang hampir seukuran Lebanon. 

Tren ini terus berlanjut tahun ini. Dari Januari hingga April, 1.202 kilometer persegi dihilangkan, menetapkan rekor baru untuk empat bulan pertama tahun ini, menurut data berdasarkan gambar satelit dari National Space Research Institute (INPE) Brasil.

Baca Juga: Petani di Jawa Tengah Sumbang 5 Ton Beras dan 500 Kilogram Telur

Itu adalah berita buruk, tidak hanya untuk planet ini tetapi untuk kesehatan manusia, kata Lapola, yang memegang gelar PhD dalam pemodelan sistem bumi dari Max Planck Institutes di Jerman dan bekerja di University of Campinas di Brasil. 

"Ketika Anda menciptakan ketidakseimbangan ekologis ... saat itulah virus dapat melompat dari hewan ke manusia,” katanya. 

Pola serupa dapat dilihat dengan HIV, Ebola dan demam berdarah.

Baca Juga: Hati-Hati!!! Lima Warga Indramayu Positif COVID-19, Empar di antaranya Pasien Tertular

"Semua virus yang muncul atau menyebar dalam skala besar karena ketidakseimbangan ekologis," katanya. 

Sejauh ini, sebagian besar wabah tersebut telah terkonsentrasi di Asia Selatan dan Afrika, sering dikaitkan dengan spesies kelelawar tertentu. 

Tetapi keanekaragaman hayati besar Amazon bisa menjadikan kawasan itu "kumpulan virus corona terbesar di dunia," yang merujuk pada virus corona secara umum, bukan virus yang menjadi pandemi saat ini.(Penulis: Galih Ferdiansyah) 

Baca Juga: 400 Orang Sembuh dari 773 Kasus WNI Positif COVID-19 di Luar Negeri

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah