Aksi Protes George Floyd, Pakar UGM Sebut Trump Dihadapi Pemakzulan

- 9 Juni 2020, 21:18 WIB
Presiden Amerika Serikat Donal Trump
Presiden Amerika Serikat Donal Trump /Antaranews.com

RINGTIMES BANYUWANGI – Aksi protes atas kematian Goerge Floyd di Amerika Serikat menyita perhatian dunia, sebab dikaitkan dengan kasus rasisme yang terjadi di negara tersebut.

Para demonstras merasa kecewa terhadap perlakuan rasis yang terjadi selama ini di negara mereka.

Sehingga buntut dari aksi protes tersebut dapat dikatakan menjadi wadah kekecewaan masyarakat terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Baca Juga: Kapolresta Banyuwangi Tinjau Langsung Penggelapan Uang KUD Tri Jaya

Seperti disampaikan Ketua Program Studi Pascasarjana Departemen Hubungan Internasional Fisipol UGM, Siti Mutiah Setiawati saat dihubungi Kantor Berita Antara.

"Ada kekecewaan rakyat Amerika sendiri terhadap kepemimpinan Donald Trump. Ini endapan terhadap rasisme, endapan terhadap kepemimpinan," kata Mutiah kepada Antara.

Mutiah mengatakan, persoalan rasisme antara kulit putih dan kulit hitam yang saat ini tengah digaungkan kembali sebenarnya sudah berangsur membaik.

Baca Juga: Kasus Corona di Jawa Timur Berganti Status ke Zona Kuning

Artikel terkait telah terbit sebelumnya di laman Pikiranrakyat-cirebon.com dengan judul “Pakar Sebut Protes Kasus George Floyd Bisa Buat Presiden Donald Trump Dihadapi Pemakzulan".

"Selama ini Presiden AS kepemimpinannya sudah baik dalam menekan rasisme. Nah, di bawah Donald Trump ini dia tidak menenteramkan," lanjut Mutiah.

Bukan hanya soal rasisme, Mutiah menyebut Negeri Paman Sam itu juga kini sedang dihadapi masalah politik luar negeri yang membuat kondisi pemerintahannya sedang tertekan.

"Yang semula Amerika dikagumi di dunia internasional sehingga mendapat posisi sebagai super power, di bawah Donald Trump itu hilang," ungkap Mutiah.

Baca Juga: Berikut Aksi Pembakaran Masjid dan Pengibaran Bendera Byzantium

Lanjut Mutiah, hubungan AS dengan beberapa negara juga memburuk, setiap kebijakan yang dikeluarkan bersifat kontraproduktif dan melanggar kesepakatan internasional.

Mutiah mengungkapkan, bentuk protes atas kematian pria berkulit hitam pada 25 Mei itu dijadikan kesempatan sebagian rakyat Amerika untuk melupakan amarah terpendamnya.

"Kalau sudah seperti ini, kalau tidak segera diatasi memang bisa terjadi pemakzulan terhadap Donald Trump," tandas Mutiah.(Tim Mantrasukabumi)

Baca Juga: Pecah Rekor, 9 Juni 2020 Pasien Positif Covid-19 di Indonesia Tembus 1.043 Orang

Editor: Firda Marta Rositasari

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x