Pesawat itu terbang melintasi Selat Bashi, kemudian meneruskan perjalanan ke Laut China Selatan.
Aksi ini menjadi 'tebasan pedang' dari kedua sisi di atas perairan yang merupakan salah satu jalur pelayaran paling penting di dunia.
Lembaga Inisiatif Penyelidik Laut China Selatan, kelompok peneliti yang berafiliasi dengan Universitas Peking menyebut AS mengirim enam pesawat pengintai dan dua pesawat pembawa bahan bakar pada Jumat 3 Juli 2020.
Baca Juga: Buat Warga Geger, Ledakan Mobil ini Ada Kaitannya dengan Politik?
Grup think tank itu mengatakan, pesawat-pesawat tersebut mulai beraksi sejak Kamis 2 Juli 2020 tengah malam di sekitar Selat Bashi.
Perairan tersebut bukan cuma penting bagi dunia, tetapi juga menjadi pintu masuk setiap operasi militer Tiongkok maupun AS.
Dalam misi pengintaian itu, pesawat tempur AS mencoba melacak aktivitas kapal selam milik Tiongkok di sana.
Baca Juga: Merinding! Saat Memutar Kembali Video Lama Putrinya, Sang Ayah Lihat Sosok Mengerikan
Keberadaan pesawat ini juga seiring dengan kedatangan USS Reagan, Nimitz dan empat kapal perang lain yang berlatih di Laut Filipina.
"Regu penyerang Nimitz dan Ronald Reagan memimpin operasi ganda di Laut Filipina," kata Komando AS di Indo-Pasifik.