RINGTIMES BANYUWANGI - Akhir pekan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pandemi corona kemungkinan akan berlangsung dalam waktu yang panjang dengan efek hingga jauh ke masa depan.
Demikian hasil kesimpulan komite darurat yang bertemu untuk mengevaluasi krisis pandemi Covid-19. Bermula enam bulan lalu kini Covid-19 menjadi krisis internasional.
Dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari Galamedianews, Senin (3 Agustus 2020) komite menyoroti durasi panjang dari pandemi. WHO juga memperingatkan terkait tekanan sosial ekonomi di banyak negara yang bisa memicu kelelahan responsif.
Baca Juga: Mengenal Julia Koch, Wanita Terkaya Kedua di AS
Panel berkumpul Jumat lalu untuk keempat kalinya, enam bulan sejak deklarasi darurat kesehatan masyarakat internasional (PHEIC) pada 30 Januari lalu. PHEIC merupakan tingkat alarm tertinggi WHO yang menilai tingkat risiko global Covid saat ini sangat tinggi.
Virus corona ini telah menewaskan sedikitnya 680.000 orang dan menginfeksi 17,6 juta sejak muncul di China Desember lalu. Demikian penghitungan sumber resmi yang dikumpulkan AFP. Di Amerika Serikat hampir 155.000 orang meninggal dengan total 4,65 juta kasus.
AS, Brasil, Meksiko dan Inggris menjadi negara yang sangat terpukul dalam beberapa pekan terakhir. Menyikapi kondisi ini panel komite darurat yang terdiri dari 17 anggota dan 12 penasihat sepakat menyatakan pandemi masih dalam status PHEIC.
Baca Juga: LOKER BANYUWANGI : Lowongan Pekerjaan di BTPN Syariah
Sejumlah negara sejauh ini memberlakukan lockdown ketat untuk mengendalikan penyebaran virus yang memicu gangguan pernapasan hingga membuat perekonomian mengalami kontraksi tajam ini.
Komite mendesak WHO memberikan panduan pragmatis manajemen Covid-19 guna mengurangi risiko kelelahan responsif dalam konteks tekanan sosial-ekonomi.
WHO juga didesak untuk mendukung negara-negara dalam mempersiapkan peluncuran terapi dan vaksin. Termasuk mempercepat penelitian terkait sumber virus yang belum diketahui.
Baca Juga: Semakin Mencekam, di Jalur Gaza Jet Tempur Israel Membombardir Situs Hamas
Berita ini sebelumnya telah terbit di Galamedianews.com dengan judul Terjadi Satu Kali dalam 100 Tahun, WHO Peringatkan Efek Covid-19 Akan Terasa dalam Beberapa Dekade
Ini mengungkap pentingnya peningkatan pemahaman epidemiologi dan tingkat keparahan Covid-19, termasuk efek kesehatan jangka panjangnya. Komite berharap ada lebih banyak penjelasan terkait dinamika virus, seperti mode penularan, potensi mutasi, kekebalan dan korelasi perlindungan.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan efek pandemi akan berlangsung lama. "Sangat menyedihkan saat enam bulan lalu kita merekomendasikan PHEIC, kasus masih kurang dari 100 dan tidak ada kematian di luar China," katanya.
Ia melanjutkan, "Pandemi ini merupakan krisis kesehatan sekali dalam satu abad yang dampaknya akan terasa selama beberapa dekade mendatang."
Baca Juga: LAGU POP : Lirik Lagu ‘Terlanjur Cinta’ Cakra khan feat Hael Husaini
Komite memperingatkan semua negara menyiapkan sistem kesehatan untuk mengatasi influenza musiman dan wabah penyakit lainnya bersamaan dengan corona.
Para pemimpin juga diharapkan mendorong solidaritas global dan membahas bersama disinformasi tentang virus. WHO sebelumnya mendapat kritik tajam karena terlambat mengeluarkan rekomendasi khususnya mengenai penggunaan masker dan kejelasan transmisi virus.
Meskipun pengetahuan tentang virus telah berkembang, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dan populasi pun tetap rentan. "Hasil awal penelitian serologi (antibodi) menunjukkan gambaran yang konsisten: sebagian besar orang di dunia tetap rentan terhadap virus ini, bahkan di daerah yang telah mengalami wabah parah," kata Tedros.
Baca Juga: Terdengar Suara Ledakkan dari Mako Brimob, Warga Sekitar Sempat Terkejut
Baca Juga: Terdengar Suara Ledakkan dari Mako Brimob, Warga Sekitar Sempat Terkejut
Baca Juga: Terdengar Suara Ledakkan dari Mako Brimob, Warga Sekitar Sempat Terkejut
“Banyak negara yang percaya mereka telah melewati masa terburuk saat ini bergulat dengan wabah baru. Beberapa yang tak memiliki kasus tinggi di minggu-minggu awal pandemi sekarang mengalami peningkatan jumlah kasus dan kematian."(Mia Fahrani/Galamedia News).***