Siap-siap, Inilah Fenomena Alam yang Sering Ditunggu Kehadirannya

4 Agustus 2020, 18:40 WIB
FENOMENA Hujan meteor Eta Aquariid 2013.* /Earth Sky/

RINGTIMES BANYUWANGI - Di sepanjang tahun 2020 ini, sejumlah fenomena alam yang menarik sudah pernah terjadi dari gerhana hingga kehadiran ‘Supermoon’.

Salah satu fenomena alam yang tidak kalah menarik adalah hujan meteor. Pada awal Januari lalu, kita sudah mengalami hujan meteor Quadrantid.

Ternyata hujan meteor Quadrantid termasuk hujan meteor yang besar. Saat peristiwa tersebut terjadi, kita bisa melihat lebih dari 100 ‘bintang jatuh’ di setiap jam.

Baca Juga: LAGU POP : Lirik lagu ‘Salam Rindu Buat Mu Disana ,Rindu Terpendam’oleh Astor Kid

Sedangkan pada bulan Juli hingga Agustus, kita siap-siap menyaksikan hujan meteor Delta Aquarid dan Perseid.

Saat fenomena alam itu terjadi setiap meteor yang melintas tampak berkilau dan meninggalkan jejak cahaya.

Nah, mungkin ada yang bertanya-tanya, bagaimana hujan meteor itu bisa terjadi?

Lewat situs resminya, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjelaskan bahwa hujan meteor terjadi karena Bumi berpapasan dengan benda angkasa yang lewat dan debu batuan yang terbawa masuk ke dalam atmosfer Bumi.

Baca Juga: V BTS Memecahkan Rekor Pertama Chart Top Songs iTunes Jepang

Pertemuan ini mengakibatkan adanya gesekan antara atmosfer Bumi dan meteoroid yang datang dari luar atmosfer Bumi.

Meteorid adalah pecahan dari komet atau asteroid yang melayang-layang secara bebas dan tidak mengelilingi benda apa pun.

Benda angkasa ini berpapasan dengan Bumi karena ia juga mengorbit ke matahari. Saat memasuki atmosfer Bumi, benda angkasa ini habis terbakar dengan panas hingga mencapai 1.650 derajat Celsius.

Proses pembakaran inilah yang dilihat mata manusia sebagai meteor jatuh. Biasanya, peristiwa terbakarnya meteorid terjadi pada ketinggian 70-100 km dari permukaan Bumi.

Baca Juga: LOKER BANYUWANGI : Lowongan Pekerjaan Sebagai Tukang Cukur di Dusun Muncar

Tidak jarang peristiwa munculnya meteor ini berlangsung lebih sering dari biasanya. Selain itu, lintasan hujan meteor tampak seperti muncul dari satu daerah tertentu di langit.

Peristiwa inilah yang kemudian dinamakan hujan meteor. Jadi, jika melihat ada satu titik tertentu dari satu lokasi tampak muncul berkali-kali lintasan cahaya meteor, inilah yang dinamakan hujan meteor. Selanjutnya titik ini diberi nama radian.

Nama hujan meteor sendiri diberikan dari asal titik radian hujan meteor berdasarkan rasi bintang tertentu. Sebagai contoh hujan meteor Perseids didapat karena meteor seolah-olah berasal dari arah rasi bintang Perseus.

Tertarik melihatnya? Sebenarnya, tidak perlu alat khusus untuk melihatnya. Sebuah kamera digital juga bisa membantu kita untuk ikut menyaksikan fenomena alam yang sayang untuk dilewatkan ini. Selain itu, harus sabar juga untuk menanti kehadiran hujan meteor di langit.

Baca Juga: Konsumsi 'Ganja di Kue Coklat’, Pelajar Asal Puerto Riko Ditangkap BNNP

Selain hujan meteor, komet juga rajin melintas pada tahun ini. Bahkan untuk kali pertama dalam 6.800 tahun, ada sebuah komet yang akan melintas dan dinanti oleh banyak orang di dunia. Namanya, komet Near Earth Object Wide-Infrared Survey Explorer atau disingkat dengan NEOWISE.

Dalam artikel yang dipublikasikan Warta Ekonomi berjudul "Setuju Gak Setuju, Inilah Fenomena Alam Paling Ditunggu, Apa ya?," menurut para pakar dari lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA), komet ini berada dalam jarak terdekat dengan Bumi pada 20 Juli. Komet itu secara resmi dinamakan C/2020 F3. Inilah komet ketiga yang ditemukan pada 2020.

Bahkan, menurut kosmonot Rusia, Ivan Vagner, yang melihat komet dari stasiun ruang angkasa internasional, komet ini termasuk yang paling terang dibandingkan sejumlah komet yang baru ditemukan.

Apalagi muncul juga perkiraan komet ini akan lebih redup dan bergerak dalam ketinggian yang terus meningkat. Maka, jika ingin melihat dengan jelas dibutuhkan sebuah teleskop kecil.***

Editor: Firda Marta Rositasari

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler