Dengan ini, Hestu berharap agar Banyuwangi dapat menjadi penyangga komoditi beras nasional guna memasok kebutuhan beras di daerah lain yang mengalami defisit produksi.
“Banyuwangi diharapkan dapat menjadi penyangga komoditi beras nasional untuk memasok kebutuhan beras di daerah lain yang mengalami defisit produksi. Dengan demikian, Banyuwangi juga berkontribusi dalam pengendalian inflasi di Indonesia,” terang Hestu.
Dalam pengembangan batik dan beras Banyuwangi, BI akan memberikan fasilitas, beupa pelatihan kewirausahaan, pengembangan kelembagaan, perluasan pemasaran, hingga fasilitas peningkatan akses pembiayaan.
"Kami juga akan mendukung sarana dan prasarana usaha sehingga mereka dapat memenuhi tingkat produksi dan mutu yang disyaratkan pasar," kata Hestu.
BI juga telah merealisasikan program sosial BI kepada Gapoktan Turi Putih asal Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, berupa satu unit truck untuk membantu kelancaran distribusi dan memperluas akses pemasaran komoditas berasnya. Kapasitas produksi beras gapoktan Turi Putih ini mencapai 50-70 ton per bulan.
Selain itu, program sosial BI untuk pengembangan ekonomi syariah diberikan kepada PP Al Fituhiyyah Muncar, PP Darusasalam Tegalsari, dan PP Manbaul Ulum Muncar masing-masing berupa satu paket peralatan dan perlengkapan usaha percetakan.
“Melalui bantuan ini diharapkan terjadi percepatan pertumbuhan aset usaha syariah yang berkontribusi terhadap pengembangan ekonomi syariah di Indonesia,” pungkas Hestu.***