RINGTIMES BANYUWANGI – Seni dan tradisi yang berkembang terjadi karena pengaruh akulturasi budaya pada pola kehidupan masyarakat Banyuwangi.
Hal tersebut dilatarbelakangi dengan sifat asli masyarakat Osing yang sinkretis dalam menerima dan mengolah budaya.
Beberapa seni pertunjukkan yang masih berlangsung dan berkembang turut menyumpang kekayaan serta keberagaman budaya Osing.
Baca Juga: 18 Bahan Alami Berikut dapat Menghilangkan Uban, Kentang Salah Satunya
Keberlangsungan tersebut didukung oleh masyarakat sebagai pemilik budaya serta mendapat dukungan dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk meningkatkan keeksistensiannya.
1. Gandrung
Keberlangsungan seni pertunjukkan gandrung yang dilakukan dalam rangkaian acara di kalender Festival Banyuwangi sebagai bentuk dan upaya untuk mempertahankan identitas gandrung.
Kesenian Gandrung dianggap sebagai hasil dari perkawianan dua kebudayaan antara Jawa dan Bali.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah Langkah, Pekerja Bisa Kena Hukuman Karena BLT BPJS Ketenagakerjaan
Banyuwangi disebut sebagai kota gandrung. Gandrung dijadikan sebagai identitas Banyuwangi, seperti yang telah ditetapkan Peraturan Bupati Nomor 173 Tahun 2002.
Kota sewu gandrung adalah julukan yang pas dan melekat untuk Banyuwangi saat ini.
Seni pertunjukkan gandrung saat ini telah berlenggang di panggung Nusantara, bahkan di kancah internasional melalui festival Gandrung Sewu yang diadakan pada setiap tahun.
Baca Juga: Rekomendasi Sego Tempong Khas Banyuwangi yang Paling Nendang Pedasnya
2. Janger atau Jinggoan
Janger bercerita tentang kehidupan kehidupan raja Majapahit dan Brawijaya yang bernama Damarwulan.
Untuk memperoleh gerlarnya tersebut harusalah melalui proses yang panjang yaitu sayembara yang diadakan oleh raja untuk membunuh Adipati Blambangan, Menakjinggo.
Janger merupakan salah satu seni dan budaya hasil dari akulturasi budaya Jawa dan Bali.
Baca Juga: Lirik Lagu Kulepas dengan Ikhlas dari Lesti
Dulu Janger dipentaskan sebagai kesenian yang menghibur masyarakat pada setiap bulan purnama. Namun, saat ini janger dipentaskan sebagai pertunjukkan pada acara-acara tertentu seperti hajatan.
Pementasan janger dilakukan oleh 40 hingga 50 orang yang dibagi dalam beberapa bagian.
Berlangsungnya tari-taria dan gendingan adalah acara pembukaan saat pementasan janger. Pertunjukkan janger biasanya dimulai jam 21.00 hingga 4.00 WIB.
Baca Juga: Selain Hari Radio Republik Indonesia, Berikut Daftar Peringatan Hari Bersejarah Bulan September
3. Kendang Kempul
Kendang kempul merupakan musik yang tumbuh berkembang dari kesenian gandrung khas Banyuwangi.
Kendang kempul awalnya hanya sebuah kegiatan privat dan komunitas kelompok terbatas di lingkup masyarakat kecil.
Seiring dengan berjalannya waktu, saat ini musik kendang kempul menjadi musik yang cukup populer dan banyak disukai oleh masyarakat.
Baca Juga: 12 Bahan Alami Berikut Dipercaya Dapat Meluruskan Rambut, Pepaya Salah Satunya
Genre musik kendang kempul saat ini banyak dikolaborasikan dengan style-style musik lain seperti keroncong, reggae, remix, disko dan koplo.
4. Jaranan Buto
Seni jaranan buto memang sudah melekat di hati masyarakat. Tidak hanya di Banyuwangi, kesenian ini juga dimiliki oleh daerah-daerah lain di Pulau Jawa.
Jaranan buto adalah kesenian khas Banyuwangi dengan kepala kuda kepang yang namun tidak berbentuk kuda.
Baca Juga: Langkahi Presiden Jokowi dan Umumkan PSBB, Waketum Gerindra: Anies Layak Dinonaktifkan
Jaranan berbentuk seperti kepala raksasa atau ‘buto’ menurut orang Jawa. Kesenian yang unik ini dilakukan oleh beberapa orang penari, sinden, dan penabuh.
Keunikan yang dimiliki jaranan buto saat sang penari mulai kesurupan dan tidak sadar.
Saat penari mengalami kesurupan maka hal-hal yang tidak biasa dilakukan oleh orang lain bisa dilakukannya.
Baca Juga: Simak Keistimewaan Hari Jumat Bagi Perempuan, Salah Satunya Penghapusan Dosa
Sang penari menjadi sangat kuat yang ditunjukkan dengan memakan pecahan kaca, hingga bara api.
5. Patrol
Patrol adalah jenis musik etnik dari masyarakat Banyuwangi. Seluruh instrument yang digunakan terbuat dari bambu.
Alat-alat bambu yang digunakan seperti katir, gong, kempul, angklung renteng, kethuk, kendang, dan seruling.
Baca Juga: Wajib atau Sunah, Simak Hukum Berpuasa di Hari Jumat bagi Umat Muslim
Pada masyarakat Using di Banyuwangi, patrol biasanya hadir dan dipentaskan pada bulan Ramadhan untuk membangunkan orang sahur.
Patrol diiringi dengan nyanyian dan syair yang diambil dari Kitab Berjanji atupun lagu-lagu daerah khas Banyuwangi.
Sat ini patrol sudah masuk ke dalam agenda tahunan pemerintah yaitu Banyuwangi Festival. Masing-masing group biasanya terdiri dari 15 orang personil.***