Dibilang Bawa Sial, Rebo Wekasan Ternyata Bisa Membawa Untung

- 13 Oktober 2020, 19:35 WIB
Niat Sholat Rebo Wekasan 2020 dan Surat yang Harus Dibaca
Niat Sholat Rebo Wekasan 2020 dan Surat yang Harus Dibaca /

RINGTIMES BANYUWANGI - Perspektif lain dan berbeda mengenai keyakinan yang populer di sebagian kalangan kaum muslimin Indonesia bahwa hari Rabu terakhir bulan Shafar adalah hari yang teramat sial.

Rebo wekasan atau Rabu pungkasan merupakan hari yang membawa petaka, menurut kepercayaan sebagain masyarakat.

Tradisi dan keyakinan yang didasarkan pada keterangan sebagian ulama tasawuf, konon melihat turunnya ribuan bala’ (musibah) pada hari tersebut.

Baca Juga: Sudah Poligami 20 Tahun, Nita Thalia Putuskan Gugat Cerai Suami

Hingga pada akhirnya, tradisi dan kepercayaan tersebut banyak diikuti dan sangat diyakini sebagai sebuah kebenaran oleh sebagian masyarakat Indonesia.

Hal ini kemudian menjadi dasar dan landasan untuk menepis bala tersebut dengan melakukan beberapa ritual menurut adat istiadat yang dianggap ampuh untuk menanggulanginya.

Dari sudut pandang aqidah menurut Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember dalam tulisannya yang berjudul 'Rebo Wekasan Hari Untung, Bukan Buntung,' menjelaskan bahwa keyakinan seperti itu sebenarnya justru membuka pintu bala’ itu sendiri sebab Allah memang menyesuaikan rahmat atas seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba itu sendiri.

Baca Juga: Mengagetkan, Tanggapan Denny Siregar Terkait Demo UU Ciptaker kepada Jokowi

Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi sebagaimana berikut:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

"Aku sesuai persangkaan hambaku tentang diriku." (Muttafaq ‘Alaihi)

Hadits tersebut meyakinkan bahwa hari semua hari adalah hari yang baik, maka dengan meyakininya sebagai hari penuh berkah tentunya akan lebih baik.

Meyakini hari Rabu sebagai hari berkah justru punya landasan aqidah yang kuat.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa hari Rabu adalah hari di mana Allah menciptakan nur (cahaya) alam semesta.

خَلَقَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، ...، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ

“Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu, ... dan menciptakan cahaya di hari Rabu...” (HR. Muslim)

Pada hadits sahih lainnya, seperti diriwayatkan Imam Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, justru hari Rabu adalah hari di mana doa Nabi dikabulkan setelah sebelumnya berdoa mulai senin di masjid al-Fath.

Baca Juga: ‘Senggol’ Nella Kharisma, Eny Sagita : yang Jelek Juga Akan Kelihatan

Akhirnya, Sahabat Jabir bin Abdullah apabila mempunyai perkara penting beliau berdoa di hari Rabu di antara shalat Dhuhur dan Ashar, yang dia buktikan itu sebagai waktu mustajabah.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ، مَسْجِدِ الْفَتْحِ، يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الثُّلَاثَاءِ وَيَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، فَاسْتُجِيبَ لَهُ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ مِنْ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ قَالَ جَابِرٌ: وَلَمْ يَنْزِلْ بِي أَمْرٌ مُهِمٌّ غائِظٌ إِلَّا تَوَخَّيْتُ تِلْكَ السَّاعَةَ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ فِيهِ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ، إِلَّا عَرَفْتُ الْإِجَابَةَ

Dari Abdurrahman bin Ka’ab, dia berkata “Aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata:

“Rasulullah berdoa di masjid ini, masjid al-Fath, pada hari Senin, Selasa dan Rabu, kemudian dikabulkan di hari Rabu di antara waktu dua Shalat [Dhuhur dan Ashar]”.

Jabir Berkata: “Tak pernah terjadi hal yang sangat penting bagiku yang aku sengaja menunggu waktu itu kemudian aku berdoa kepada Allah saat itu di antara dua shalat pada hari Rabu, kecuali setahuku pasti dikabulkan.” (al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, halaman 246)

Keistimewaan hari Rabu sebagaimana disebutkan di atas tak hanya berlaku pada tanggal tertentu tetapi berlaku sepanjang masa setiap minggunya, tak terkecuali hari Rabu terakhir bulan Shafar.

Baca Juga: Agar Terhindar dari Bahaya, Lakukan Amalan dan Shalat Rebo Wekasan Berikut

Terkait dengan mukasyafah (penerawangan) sebagian tokoh Tasawuf bahwa hari Rebo Wekasan merupakan hari buntung, maka perlu diketahui bahwa tokoh Tasawuf tak seluruhnya meyakini demikian.

Sebagian justru mengatakan bahwa hari Rabu secara umum adalah hari untung sebab penuh berkah.

Imam al-Hafidz as-Sakhawi as-Syafi’i menceritakan tentang orang-orang shalih yang beliau temui. Ia bercerita tentang pengaduan hari Rabu pada Allah sebagai berikut:

وبلغني عن بعض الصالحين ممن لقيناه أنه قال: شكت الأربعاء إلى اللَّه سبحانه تشاؤم الناس بها فمنحها أنه ما ابتدئ بشيء فيها إلا تم

"Saya dengar dari sebagian ulama saleh yang kami temui, ia berkata:

Hari rabu mengadu kepada Allah tentang anggapan sial orang-orang terhadapnya, maka Allah menganugerahkan bahwa apapun yang dimulai di hari Rabu, maka pasti akan sempurna". (as-Sakhawi, al-Maqâshid al-Hasanah, juz I, halaman 575).

Berdasarkan landasan-landasan di atas, hari Rabu yang ternyata membawa keberkahan dan keuntungan.

Baca Juga: Pandangan Islam Terkait Tradisi Rebo Wekasan dan Hukum Meyakininya

Seperti yang telah banyak diketahui, para kyai di pesantren memulai kegiatan belajar mengajar di hari Rabu.

Sumber cerita Imam as-Sakhawi tersebut jelas bukan hadits sebab tak ada hadits yang berbunyi demikian sehingga pasti dari hasil mukasyafah beberapa waliyullah juga.

Jadi, daripada memilih hasil mukasyafah yang hanya berpotensi membuat kita betul-betul sial sebab meyakini adanya kesialan, tentu lebih baik kita memilih mukasyafah yang berkata sebaliknya sehingga Allah akan mewujudkan anggapan positif kita itu menjadi kenyataan, sesuai hadits qudsi di atas.

Kisah bahwa hari Rabu sebagai hari sial bisa dibilang “telah dicabut” dengan kisah ini.

Terlepas dari kisah-kisah para wali tersebut memilih pesan yang berisi hal-hal positif sangat dianjurkan dalam syariat sebab Nabi kita tak menyukai tathayyur (mengikuti pertanda sial) dan tasya’um (meyakini sesuatu sebagai pembawa sial).

Pada masa Jahiliyah, banyak sekali tathayyur dan tasya’um ini, dan beliau melawan itu semua. Beliau mengajarkan umat Islam untuk ber-tafa’ul, yakni memberi kata-kata positif yang diharapkan terwujud.

Baca Juga: Diciduk, Syahganda Nainggolan beserta 7 Anggota KAMI Dibawa ke Kepolisian

Dalam hadits sahih dijelaskan:

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «لاَ طِيَرَةَ، وَخَيْرُهَا الفَأْلُ» قَالُوا: وَمَا الفَأْلُ؟ قَالَ: «الكَلِمَةُ الصَّالِحَةُ يَسْمَعُهَا أَحَدُكُمْ. رَواه البخاري

Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada pertanda sial dan yang paling baik justru al-fa’l”. Mereka berkata: “Apakah al-fa’l itu?”. Rasul bersabda: “Kalimat yang baik yang kalian dengar”. (HR. Bukhari)

Inilah semangat yang dibawakan oleh Rasulullah untuk melawan dugaan-dugaan yang negatif menjadi optimisme dengan kata-kata yang baik (al-fa’l).

Maka jadilah orang-orang yang membawa bagian dari perubahan dengan menyebarkan pesan positif ini.

Rebo wekasan yang dianggap sebagai hari sial dan membawa kebuntungan adalah kepercayaan lama yang dapat digeser. Sudah waktunya meyakini bahwa hari Rabu itu hari yang membawa keuntungan, bukan hari sial.

Wallahu a'lam.***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah