Bahaya, Ketua IDI Surabaya Sudah Ingatkan Gelombang Kedua COVID-19

- 11 Juni 2020, 20:21 WIB
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan saksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali sebelas sektor yang memang diizinkan.
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan saksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali sebelas sektor yang memang diizinkan. /ANTARA/

RINGTIMES BANYUWANGI - Beberapa negara kini tengah mempertimbangkan untuk melonggarkan kembali pembatasan, bahkan mempersiapkan untuk masuk ke fase NEW NORMAL atau normal baru, termasuk di Indonesia.

Langkah tersebut dinilai bisa menjadi ancaman yang kemungkinan akan terjadi gelombang kedua virus corona tersebut.

Pasalnya, hingga kini vaksin virus corona masih dilakukan uji coba dan belum ada obat yang terbukti sudah bisa untuk menyembuhkan secara total virus corona ini.

Baca Juga: Dinilai Tak Serius, Pangdam v Brawijaya Tegur 3 Daerah Dampak Covid-19

Tanpa adanya vaksin dan kekebalan skala luas, pandemi ini mungkin akan kembali muncul di dunia.

Ketika masyarakat kembali ke kehidupan normal, bisa jadi itu awal untuk kemunculan gelombang kedua corona.

Apa yang terjadi di JermanSingapuraKorea Selatan, dan Tiongkok belakangan ini ketika kasus-kasus baru muncul hanya beberapa saat setelah relaksasi aturan pembatasan terkait virus corona.

Baca Juga: Memanas!, Tiongkok Kutuk Militer AS yang Masuki Wilayah Udara Taiwan

Berita ini sebelumnya telah terbit di pikiran rakyat depok dengan judul Ketua IDI Surabaya Ingatkan Gelombang Kedua Virus Corona di Indonesia yang Lebih Berbahaya

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya Brahmana Askandar mengatakan bahwa kondisi new normal, bukan berarti kasus Covid-19 sudah berakhir.

Justru masyarakat harus waspada dengan gelombang kedua corona.

"Jadi pada prinsipnya begini new normal bukan berarti COVID-19 telah berakhir, karena nyatanya masih ada di sekitar kita, angka juga masih meningkat terus, itu yang digarisbawahi," ujar Brahmana dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari RRI.

Baca Juga: Kaum Miring Kiri? Berikut Manfaat Posisi Tidur Miring ke Kanan

Brahmana mengatakan bahwa saat ini sebagian masyarakat masih ada yang salah tafsir tentang fase normal baru.

Padahal, fase normal baru ini bukan berarti masyarakat bebas untuk melakukan apapun dan melupakan protokol kesehatan.

"Penyebaran akan semakin tinggi kalau tidak mengikuti panduan, kalau semua mengikuti panduan tidak akan terjadi," katanya.

Baca Juga: Akibat Hama Tikus, Dinas Pertanian Kota Madiun Bagikan Burung Hantu

Virus yang mematikan ini bukan hanya menimbulkan kasus kematian pada pasien yang terinfeksi, namun juga telah menyerang garda terdepan yang merawat dan melawan virus corona ini.

"3 sejawat dokter kita di Surabaya sudah gugur, mudah-mudahan ini yang terakhir. Tapi, kalau new normal ada yang memahami COVID-19 sudah selesai, ya bisa jadi second wave, kalau second wave biasanya akan lebih tinggi," tutur Brahmana.( Bayu Nurulah)

Editor: Firda Marta Rositasari

Sumber: Pikiran Rakyat Depok


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah