“Sehingga harus dijual semua hasil panen,” kata Widhy Nurmahmudy, Koordinator Komunitas Papring Kreatif.
Baca Juga: Mau Cari Tempat Kost Menjelang Kuliah?, Perhatikan Lima Hal ini
Masa pandemi seolah menjadi titik sadar masyarakat setempat untuk menggunakan Jurung. Masyarakat dihantam harga jagung yang anjlok, dari Rp 7 Ribu per kilogram menjadi Rp 3 Ribu per kilogram.
Sedangkan untuk jagung yang masih melekat dengan ‘janggel’ turun harganya dari Rp 3 Ribu ke harga Rp 1.500.
Harga tersebut merupakan harga yang ditetapkan pengepul. Ditambah lagi, selama pandemi semakin tak ada pengepul yang berkunjung untuk menawar jagung.
Baca Juga: Tiga WNI Nekat Pulang dari Malaysia Menyusuri Hutan Dinyatakan Hilang
Kini hampir seluruh masyarakat di daerah tersebut mulai menggunakan Jurung kembali. Geliat menghidupkan esensi Jurung sudah diikhtiarkan sejak 2-3 tahun belakangan oleh pemuda-pemuda setempat.
Setiap rumah memiliki satu Jurung yang terletak di dapur masing- masing. Bentuk Jurungnya berupa sebuah lahan tempat yang dibuat di atas tungku dapur (pawon).
Filosofi di balik tata letaknya yang berada di atas tungku dapur adalah, agar asap panas dari melebur ke atas dan berfungsi mengeringkan jagung.
Baca Juga: FAKTA atau HOAX, Beredar Kabar Julukan Kadrun Berasal dari PKI untuk Sudutkan Islam