Kala itu, Monumen Nasional (Monas), Istana Kepresidenan, Radio Republik Indonesia (RRI), dan gedung telekomunikasi sudah dikuasai pemberontak bersamaan dengan penculikan enam jenderal.
Sarwo Edhie menolak, bahkan segera mengambil alih RRI Pusat serta Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah dari tangan pemberontak sesuai perintah Soeharto sebagai Panglima Kostrad.
Baca Juga: Tanaman Hias Daun Peperomia, Ketahui Jenis dari yang Imut hingga Eksotis Berikut Ini
2. Memimpin Pembunuhan Massal Pendukung PKI di Jawa Tengah
Usai Jakarta kembali diambil alih, Sarwo Edhie ditunjuk untuk menumpas seluruh simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Jawa Tengah.
Sepanjang Oktober-Desember 1965, jutaan orang dibunuh secara keji di Jawa, Bali, dan beberapa bagian Sumatra.
3. Mengakui Jumlah Korban yang Dibantai Gara-gara G30S PKI
Pada 1989, Sarwo Edhie sempat mengungkap jumlah korban pembantaian tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI), yakni sekitar 3 juta orang.
4. Sempat Melawan Soekarno sampai Kepung Istana
Setelah pemberontahan, Sarwo Edhie mendukung Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang ingin menurunkan Soekarno karena peristiwa G30S PKI.