Turki Tak Lagi Izinkan Pengungsi Afghanistan Masuk, Ini Alasannya

31 Agustus 2021, 15:57 WIB
Turki akui tak bisa lagi mengizinkan pengungsi Afghanistan masuk dengan sebuah alasan. /US MARINES/via REUTERS

RINGTIMES BANYUWANGI – Turki menyebutkan tak memberi izin bagi pengungsi Afghanistan untuk masuk dengan alasan beban.

Negara-negara di dunia terus memberikan sikap atas warga sipil Afghanistan yang terus mencari suaka karena tak mau berada dibawah kepemimpinan Taliban.

Namun Turki sebagai salah satu negara Islam menyatakan tidak siap jika pengungsi Afghanistan masuk ke negaranya.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan ISIS Serang Bandara Kabul, Ingin Menang dari Taliban?

Hal tersebut diungkap Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, yang menyebut pemerintah Turki tidak mampu lagi membendung gelombang migran baru.

Dilansir dari Reuters pada Selasa, 31 Agustus 2021, Cavuoglu menyebut sudah cukup bagi Turki melakukan tanggung jawab moral dalam hal migrasi.

“Turki telah cukup melaksanakan tanggung jawab moral dan kemanusiaan terkait migrasi,” kata Cavusoglu.

Baca Juga: Mengapa Taliban Ingin Menguasai Afghanistan? Ini Tujuan Mereka Sebenarnya

Lebih jauh, ia menekankan ketidakmungkinan bagi Turki membuka gerbang bagi pengungsi Afghanistan untuk masuk.

“Tidak mungkin bagi kami untuk menanggung beban pengungsi tambahan,” kata Cavusoglu.

Sebagaimana diketahui, negara-negara Uni Eropa mulai khawatir dengan kejadian di Afghanistan dan menakutkan terulang kembali krisis pengungsi di tahun 2015 lalu.

Baca Juga: Taliban Tangkap Dua Warga Malaysia di Afghanistan, Dugaan Terlibat ISIS

Kala itu, satu juta orang melarikan diri dan menyebabkan wilayah Timur Tengah mengalami kemiskinan hingga menyebar ke wilayah Turki.

Hingga saat ini, Turki sudah menampung 3,7 juta pengungsi Suriah dan 300 ribu warga Afghanistan.

Hal itu membuat Turki menduduki negara dengan populasi pengungsi terbesar di dunia.

Maka Turki menyebut tak sanggup lagi menanggung beban moral untuk membuka pintu Turki demi keselamatan pengungsi negara-negara berkonflik.***

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler