Potensi Desa Pengatigan Banyuwangi: UMKM Kerajinan Alat Dapur dari Kayu Alami Penurunan Pendapatan

6 April 2022, 12:50 WIB
Potensi Desa Pengatigan Banyuwangi: UMKM Kerajinan Alat Dapur dari Kayu Alami Penurunan Pendapatan /Ringtimes Banyuwangi/Galih Ferdiansyah//

RINGTIMES BANYUWANGI – UMKM kerajinan alat dapur berbahan dasar kayu di Desa Pengatigan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi.

Padahal usaha mereka sudah berjalan dalam rentang waktu yang cukup lama, kurang lebih 6 tahun.

Yunus dan Yayuk suami istri pemilik UMKM kerajinan alat dapur berbahan dasar kayu tersebut, menceritakan mengawali usahanya dari mebel.

“Kalo mulai dulu mebel, dari 2009, setelah itu kalah sama kusen dari beton, akhirnya saya beralih ke kerajinan. Sudah 6 tahun ini,” ujar Yayuk dalam keterangannya pada Ringtimes Banyuwangi Kamis, 31 Maret 2022, kemarin.

Baca Juga: UMKM Unggulan Industri Rumahan Tahu di Desa Gitik Banyuwangi Keluhkan Harga Kedelai Mahal

Adapun alat dapur yang diproduksi oleh pasangan Yunus dan Yayuk adalah talenan, sutil, dan sejumlah alat dapur lainnya. 

Menurut penuturannya, alat-alat dapur tersebut diproduksi setiap hari. Untuk bahannya sendiri, Yunus menggunakan kayu jati, mahoni, pinus, dan damar. 

Dalam usahanya tersebut, Yayuk mengungkapkan jika mereka merekrut 6 orang pekerja untuk memproduksi kerajinan alat rumah tangga. 

Baca Juga: Budi Arie Setiadi Ingatkan 4 Prioritas Desa Saat Kunjungi Banyuwangi

Para pekerja tersebut, dibayar dengan upah borongan untuk setiap satuan yang mereka produksi. 

Yayuk pun menjelaskan, selama ini ia memasarkan sendiri produknya itu, hingga ke wilayah selatan Kabupaten Banyuwangi Ia memasarkan hingga ke Kecamatan Pesanggaran. 

Ia mengeluhkan jika selama pandemi Covid-19 ini pendapatannya menurun. 

“Kami merosotnya lagi itu ya pandemi kemarin itu, ndak stabil, penjualannya pun turun 50 persen,” ujarnya. 

Baca Juga: Bupati Ipuk Kembali Ingatkan Kecamatan dan Desa di Banyuwangi Fasilitasi Pasar Takjil Ramadan

Yayuk menambahkan, penurunan pendapatan yang ia alami disebabkan karena penjualan dari para pedagang yang menjadi tempat penitipan produk mereka juga sepi pembeli. 

Di sisi lain, proses produksi kini dilakukan tidak dalam jumlah banyak. Bahkan, Yayuk menyebut, sejumlah pedagang itu takut jika menampung produknya terlalu banyak pada saat itu. 

Karena jika terlalu banyak dan tidak laku, akan merugikan kedua belah pihak.

“Saya takut ngasih banyak-banyak karena mereka utang, saya perputarannya nggak bisa,” pungkasnya.***

Editor: Al Iklas Kurnia Salam

Tags

Terkini

Terpopuler