Sekardus Mie Instan di Shanghai Mencapai Rp900 Ribu Akibat Lockdown

13 April 2022, 19:40 WIB
Ilustrasi mie instant/Seorang warga Shanghai menyatakan ia membeli mie instan dengan harga tak masuk akal akibat lockdown secara ketat. /Fernando Andrad/Unsplash/

RINGTIMES BANYUWANGI – Krisis ekonomi sedang terjadi di kota Shanghai, Tiongkok sejak diberlakukannya lockdown ketat sejak bulan Maret lalu.

Kondisi seperti ini banyak membuat penduduk Shanghai tidak siap. Bahan makanan yang dikonsumsi dengan harga normal saat ini tengah melambung tinggi.

Seorang penduduk Shanghai bermarga Ma mengatakan bahwa ia harus membayar 400 yuan atau jika dirupiahkan menjadi Rp902 ribu hanya untuk sekardus mie instan dan soda.

Baca Juga: Ketatnya Lockdown di Kota Shanghai China Menimbulkan Polemik bagi Masyarakatnya

"Saya hanya mencoba untuk mengisi persediaan makanan, namun saya tidak yakin berapa lama (kondisi kenaikan harga) ini akan berlanjut."

Frank Tsai, seorang warga yang dikurung di apartemennya di Puxi, bagian barat Shanghai, menimbun makanan selama empat hari menguikuti perintah pemerintah yang berwenang.

Menurut Tsai, dalam waktu tujuh hari porsi akan semakin menipis dan baru kali ini dalam hidupnya ia harus berpikir keras terhadap asupan makan.

Beberapa penduduk bahkan terpaksa melakukan barter dengan sesama makanan ketika lockdown berlangsung.

Baca Juga: Kembali Bersitegang, Pesawat Perang AS Dekati Wilayah Shanghai

Dilansir dari media berita The Valley Post pada Rabu, 13 April 2022 saat ini kondisi Shanghai berubah total. Banyak kantor yang berfungsi normal pada siang hari, namun berubah menjadi rumah sementara pada malam hari.

Hal ini dilakukan dalam upaya menghadapi penahanan yang dapat melumpuhkan di tengah pandemi sehingga karyawan terpaksa ‘berkemah’ di tempat kerja mereka.

Kota bisnis China itu sedang menghadapi gelombang terbesar Covid 19 sejak dimulainya pandemi.

Untuk mengatasi masalah ini, pihak berwenang mengurung hampir 25 juta penduduk untuk berdiam di rumah masing-masing selama lebih dari dua minggu.

Baca Juga: Rekomendasi Mie Instan dalam Kemasan Cup, Praktis dan Bikin Nagih

Penutupan Shanghai awalnya dijadwalkan berlangsung selama empat hari dan dilakukan dalam dua fase yaitu pertama bagian timur kota, yang menampung bandara internasional utama dan kawasan bisnis.

Kemudian, bagian barat dengan arteri bersejarah yang terkenal, di sepanjang sungai Huangpu, sungai yang melintasi Shanghai.

Merasa arus berbalik, beberapa dari jam pertama kurungan memilih untuk tetap di tempat kerja mereka untuk mengurangi dampak ekonomi.

Romeo, salah satu karyawan bagian keuangan yang bekerja di salah satu perusahaan di Shanghai mengaku bahwa orang-orang tidur di lantai pertama dan kedua kantor.

Meskipun tinggal dalam satu bangunan, interaksi antar rekan kerja tetap dibatasi walaupun diluar jam kerja.

Ia mengakui bahwa sesama karyawan terpaksa untuk tidak bertegur sapa yang dimana sungguh sulit dilakukan.***

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: The Valley Post

Tags

Terkini

Terpopuler