Kebanyakan Overthinking, Dapat Picu Setres Dan Kesahatan Mental

- 7 Januari 2024, 16:51 WIB
Kebanyakan Overthinking, Dapat Picu Setres Dan Kesahatan Mental
Kebanyakan Overthinking, Dapat Picu Setres Dan Kesahatan Mental /

RINGTIMES BANYUWANGI- Saat ini pemahaman tentang kesehatan jiwa semakin digaungkan. Salah satunya, membahas overthinking yang kerap digunakan dalam bahasa pergaulan anak muda terutama di sosial media.

Apakah overthinking itu normal? Dan dalam tingkatan seperti apa mulai tidak wajar? Psikiater dari RS Santosa Central dr Rachmat Purwata, Sp.KJ mengatakan, overthinking adalah suatu kondisi ketika seseorang berpikir secara berlebihan akan suatu hal.

Biasanya menyangkut hal yang negatif, atau pikiran berlebihan karena rasa takut yang berlebihan terhadap situasi yang dianggap buruk.

Baca Juga: Pemprov Jatim Berhasil Kendalikan PMK, Khofifah:PMK Kini Tidak Berstatus Wabah

Menurutnya, bila orang tersebut senantiasa mengalami keadaan overthinking dalam bereaksi terhadap suatu keadaan ini bisa mengganggu kejiwaannya.

"Akan tetapi, bila cuma sekali-kali dan terus bisa menyadari bahwa itu cuma overthinking dan bisa meralat pikiran pikirannya, itu belum menjadi gangguan jiwa," ujarnya. Rachmat melanjutkan, orang bisa mengalami overthinking terutama pada mereka yang mengalami kecemasan berlebih. Dasarnya adalah perasaan cemas yang berlebihan.

Siapa saja bisa mengalami overthinking.

Baca Juga: BMKG Hari ini:Masyarkat Dihimbau Waspadai Prediksi Hujan Badai

Mulai dari rentang usia anak-anak sampai dengan dewasa, bahkan sampai tua bisa mengalami overthinking.

Meski terbilang wajar untuk, tetapi ada batasan tertentu kecenderungan seseorang untuk overthinking.

Umumnya orang bisa punya rasa cemas untuk melindungi diri terhadap bahaya. Misalnya saat mau ujian karena cemas takut tidak lulus akhirnya belajar mati-matian dan bisa lulus.

Baca Juga: Dukung Pariwisata, TNI AU Akan Kembangkan Aerowisata di Banyuwangi

Rasa cemas ini dibutuhkan pada kadar tertentu untuk antisipasi terhadap suatu keadaan. Akan tetapi, apabila itu terjadi secara berlebihan bisa mengganggu.

Batasannya ialah apa yang dicemaskan atau dipikirkan biasanya sudah tidak rasional, tak sesuai kenyataan dan susah diubahkan pendiriannya.

Rachmat melanjutkan, overthinking bisa menjadi gangguan yang berat saat penderita benar-benar yakin dengan apa yang dipikirkannya.

Baca Juga: Jamin Keamanan Perjalanan Kereta Api, KAI Perketat SOP Stasiun Cicalengka dan Haurpugur

Padahal, orang disekitarnya melihat pikirannya itu tidak sesuai dengan kenyataan.

Contoh, pernah ada satu kejadian seorang wanita merawat ibu kandungnya yang menderita kanker nasofaring sampai ibunya itu meninggal.

Suatu saat ia merasa nyeri dan gatal di tenggorokan dan ia berpikiran bahwa dirinya sudah mengidap kanker yang sama seperti ibunya.

Baca Juga: Gotong Royong! PPPK Banyuwangi Bakal Turut Tangani Kemiskinan

Lalu, dia pergi ke dokter dan dokter hanya melihat itu bukan kanker tapi radang tenggorokan biasa dan dokter memberi obat.

Namun, wanita tersebut tidak percaya dan dia tetap berpikiran itu kanker. Dia lalu berpikiran kalau dia akan mati seperti ibunya. Lalu, dia berpikir kalau dia mati suaminya akan menikah lagi dan anak-anaknya akan menderita tinggal dengan ibu tiri.

Kemudian dia mengambil keputusan untuk membunuh kedua anaknya lalu bunuh diri.

Baca Juga: Budiman Sujatmiko Optimis Sebut Materi Debat Kali ini Bidang Prabowo

Dokter yang menangani jenazahnya memeriksa memang dia cuma menderita radang tenggorokan, tapi karena overthinking akhirnya menimbulkan korban jiwa.

Ada dua hal yang sering terjadi pada orang overthinking.

Yaitu pikirannya berlebihan, dan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Maka dari itu, perlu penanganan overthinking sedini mungkin.

Baca Juga: 4 HP Terbaik Harga 1 Jutaan di Tahun 2024, Mulai Samsung Hingga Xiomi

Karena akan menghasilkan hasil terapi yang lebih baik daripada yang sudah berlarut-larut.

Bila sudah menjadi terpola, cara pikir yang tidak rasional ini akan butuh banyak upaya untuk mengubahnya. Penanganan oleh konselor dan psikolog di tahap awal bisa membantu penderita untuk mengatasi keadaan overthinking.

"Namun, bila sudah lanjut perlu penanganan oleh psikiater karena butuh terapi dengan obat yang bekerja untuk mengatasi cara pikir yang tidak realistik," ujarnya.

Baca Juga: Prediksi Skor Match Arsenal Vs Liverpool Pada Gelaran Piala FA 2023-2024

Lebih lanjutnya, overthinking yang tidak dikendalikan atau dibiarkan akan menjadi pola pikir yang irasional yang akan diterapkan oleh penderita pada kesehariannya.

Ini bisa berbahaya karena akan mengganggu dalam hubungan-hubungan baik dalam dunia kerja, hubungan asmara, maupun dalam berumah tangga.

Banyak hubungan menjadi rusak karena overthinking yang dibiarkan.

Baca Juga: Penyanyi Dangdut Saifpul Jamil Ditangkap, Hasil Tes Urine Negatif

Selain itu juga overthinking mengganggu kinerja otak. Overthinking yang kronis sering mengganggu pola tidur, dan mood.

Juga memengaruhi sistem pencernaan karena kecemasan yang berlebih menyebabkan asam lambung berlebih, iritasi usus dan perubahan motilitas usus.

Untuk mengatasi overthinking Rachmat memberikan beberapa saran. Pertama, sadari adanya overthinking.

Baca Juga: Cerita Kepala Disparbud Pengandaran Terhindar Dari Tragedi Cicalengka, Tonton Guntari:Ya Allah, syukur saya se

Mengakui adanya overthinking adalah awal untuk mengatasinya. Kedua, latih kesadaran diri terhadap pikiran pikiran yang muncul di benak.

Amati dan kenali pola pikir negatif dan hentikan itu. Ketiga, hidup lebih relaks, jangan tegang. Ketegangan sering memicu pikiran negatif.

Dan keempat, konfirmasi setiap pikiran dengan kenyataan apakah sesuai atau tidak.

Baca Juga: BMKG Hari ini:Masyarkat Dihimbau Waspadai Prediksi Hujan Badai

Yang kelima, alihkan pikiran pikiran negatif dengan fokus pada tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan. Terakhir, cari dukungan konselor, atau psikolog, atau psikiater untuk atasi masalah overthinking.***

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah