Deviden Cashback

- 26 Februari 2020, 15:21 WIB
Disway
Disway /disway.id/

Ada gambar tawon di bagian belakangnya. ”Kami beri gambar TAWON. Sekedar agar ada merknya,” ujar Mahmudsyah sambil tertawa.

Tapi diam-diam Mahmudsyah punya 'dendam' di balik kata TAWON itu. Ia pun membisiki saya: TAWON itu singkatan Teknologi Anak Wonogiri.

Ia memimpikan suatu saat nanti Pengayom punya divisi teknologi pertanian yang cocok untuk pedesaan.

Di dalam prakteknya, PT Pengayom membeli gabah milik petani pemegang saham. Yakni petani yang menjadi anggota Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan yang menjadi anggota Asosiasi Petani Organik.

Dua kelompok tani itulah pemegang saham PT Pengayom Petani Sejagad. Asosiasi Petani Organik memegang 50 persen saham, Gapoktan 35 persen, Hanjar 10 persen dan Seknas BUMP 5 persen.

Baca Juga: Terduga Pelaku Percobaan Pembunuhan Mantan Sekdes Gintangan dikabarkan Berada di Mapolsek

Jauh-jauh hari petani sudah tahu: berapa harga jual gabah ke PT Pengayom saat panen tiba. PT Pengayom lantas mengeringkan gabahnya --masih dengan cara dijemur di lantai. Lalu menggilingnya di mesin Tawon.

Ketika beras itu dijual didapatlah selisih harga. Sebagian laba itu menjadi keuntungan PT Pengayom. Tapi sebagian besar dikembalikan ke petani dalam bentuk --hanya istilah-- cashback tadi.

Pernahkah rugi? Hasil jualan berasnya lebih rendah dari hasil pembelian gabah plus biaya pengolahan?

”Tidak pernah. Kami selalu untung. Kadang harus kami tunggu harga baik dulu,” ujar Hanjar yang lulusan Pondok Modern Gontor Ponorogo ini.

Halaman:

Editor: Dian Effendi

Sumber: Disway.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah