Botol Pengubah Nasib

- 2 Juni 2020, 17:00 WIB
ILUSTRASI cahaya matahari.*
ILUSTRASI cahaya matahari.* /Pixabay/

''Tin...tin...'' Suara klakson mobil menyeru nenek itu, agar segera ke pinggir jalan. Namun, nenek itu tidak mendengar suara klakson mobil. Terlihat sebuah truk kehilangan kendali dan melaju sangat kencang menuju arahnya. Dino berlari dan menarik tangannya hingga terjatuh. Kakinya terluka, ia menahan rasa sakit sambil memeganginya.

''Lain kali hati-hati ya, Nek!''

''Semoga kebaikanmu dibalas oleh Allah,'' kata si nenek dengan nada lembut.
Dino lega karena telah menyelamatkan nenek itu dari kecelakaan. Ia melanjutkan mencari barang bekas dengan keadaan kaki berlumuran darah.
          Saat matahari terbenam sampailah ia di rumah. Terkejut ketika mata tertuju ke arah Ratih, wajah pucat dan gemigil membuat Dino tampak kebingungan. Kain basah ditempelkan pada dahi Ratih, berharap menurunkan suhu badannya. Tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu dengan keras, lalu Dino membukanya.

''Ada apa, Pak?''

''Hah... yang benar saja. Ini rumah apa kandang ayam. Saya tidak mau kaki saya ternoda gara-gara masuk ke dalam kandang!'' kata orang itu sambil menjauhkan kakinya yang hampir menyentuh lantai rumah Dino.

''Bapak ada perlu apa datang kesini?'' tanya Dino tampak heran.

''Saya kesini hanya mengingatkan. Dulu bapakmu berhutang kepada saya, sudah tiga tahun belum dibayar.''

''Kira-kira berapa hutangnya, Pak?''

''Lima juta, itu pun belum termasuk bunganya.Sudah tiga tahun saya menunggu, itu waktu yang cukup lama. Jadi, bunganya 75%.

''Pak, saya mungkin tidak bisa membayarnya. Pekerjaanku hanya memulung, penghasilanku cuma sedikit, untuk makan saja susah.''

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x