Botol Pengubah Nasib

- 2 Juni 2020, 17:00 WIB
ILUSTRASI cahaya matahari.*
ILUSTRASI cahaya matahari.* /Pixabay/

''Ah... saya nggak mau tahu. Saya beri waktu tiga hari, kalau tidak dibayar aku hancurin gubuk reok ini!'' kata orang itu dengan penuh amarah.

Ia mandor kuli angkut beras ayahnya kerja dulu. Dino tidak bisa tidur memikirkan bagaimana caranya agar bisa melunasi hutang ayahnya. Semalaman ia menjaga Ratih, mengganti air kompres yang telah dingin. Ia tak mampu membawa adiknya berobat, hanya bisa membeli obat penurun panas di warung.

           Sudah tiga hari Ratih terbaring lemah di atas tempat tidur. Tak satu pun makanan mengisi perutnya, suhu badannya meningkat drastis, keadaannya semakin parah. Dino berlari tanpa arah, meminjam uang agar adiknya bisa berobat. Ketika di jalan, ia bertemu seorang pemuda.

''Bang, saya boleh pinjam uang sedikit untuk berobat adik saya?''
''Eh... kamu ini kecil-kecil belajar bohong. Alasannya untuk berobat adiknya, toh uangnya buat jajan''

''Saya tidak bohong, Bang. Keadaan adikku semakin parah. Saya bingung, entah harus cari pinjaman uang kemana lagi.''

''Halah... itu sih, cuma alasanmu saja. Hapus air mata buayamu. Aktingmu kurang menarik, pergi sana!'' bentak pemuda itu mengusir Dino.

Sepanjang jalan telah ditelusuri. Tak selembar pun uang didapatkannya, hanya memperoleh jawaban yang sama. Tiada satu pun orang percaya kepadanya. Ia sangat bingung, khawatir dengan kondisi Ratih. Dino kembali berjalan menuju rumah dengan tangan kosong.

Sesampai di depan rumah, Dino dihadang oleh seseorang bertato dan  berwajah sangar. Tak salah lagi ia Si Mandor, bermaksud menagih hutang ayahnya.
''Ini sudah tiga hari, bayar hutang bapakmu!''

''Maaf, Pak. Saya tidak mempunyai uang. Saya tidak sanggup membayar hutang ayah yang begitu banyak.''

''Heh... kamu masih ingat, kan? Apa yang aku katakan tiga hari yang lalu?''
''Saya mohon, jangan hancurin rumahku, Pak! Hanya ini satu-satunya tempat tinggal kami. Adik saya di dalam terbaring lemah karena sakit.''
''Kamu, sih punya adik sakit-sakitan. Selalu sibuk ngurusin adiknya, sampai lupa membayar hutang. Kalau nggak kerja, kamu mencuri apa ngemis, gitu. Lunasin hutang bapakmu!''

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x