Sejarah Syekh Jalaluddin Rumi Seorang Tokoh Sufi

4 Februari 2021, 21:35 WIB
Syekh Jalaluddin Rumi. /Instagram @jalalcinta.rumi/

RINGTIMES BANYUWANGI – Mari mengenal sejarah salah satu tokoh sufi besar yang bernama Syekh Jalaluddin Rumi.

Dikutip Ringtimesbanyuwangi.com pada 4 Februari 2021, dari sebuah buku berjudul Fihi Ma Fihi Mengarungi Samudra Kebijaksanaan karya Muhamad.

Pengarang kitap Fihi ma Fihi adalah seorang lelaki bernama Muhammad, dan mendapat julukan Jalaludin.

Murid-murid dan para sahabatnya memanggil beliau dengan panggilan Maulana ( Tuanku) yang searti dengan kata Khawaja dalam bahasa Persia, sebuah penghargaan maknawi dan sosial.

Baca Juga: Lima Merchant ShopeePay Terbaru Minggu ini Siap Dukung Hobi Kamu

Juga disematkan pula julukan Rumi atau Maulana Rumi karena dia hidup di sebuah negeri Romawi, tepatnya di daerah Asia Kecil atau Anatolia yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Turki.

Ayah dan ibunya tinggal di kota Konya di negara Barat, dia dikenal dengan sebutan Rumi.

Maulana Rumi lahir di kota Balkha, salah satu kota di daerah Khurasan, pada 6 Rabi’ul Awal 604 atau 30 September 1207 Masehi.

Ayah beliau bernama Bahauddin Muhammad, tetapi nama yang lebih masyur adalah Baha’ Walad.

Seorang pakar Fiqih yang agung, pemberi fatwa, sekaligus salah satu guru tarekat al-Kubrawiyah (pengikut Najmuddin al-Kubra), yang mendapat julukan Sultan al-Ulama (pembesar para ulama).

Baca Juga: Keutamaan Sedekah Subuh Menurut Syekh Ali Jaber, Pembuka Pintu Rezeki

Di salah satu riwayat dikatakan bahwa julukan itu diberikan langsung oleh Nabi Muhammad Saw, melalui mimpi.

Nasab Baha’ Walad dari jalur ayah bersambung kepada Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq.

Ibu beliau bernama Mu’mine Khatun yang memiliki ikatan darah dengan raja-raja Khawarizmi.

Pada tahun 616 atau 617 H, di mulailah perjalanan panjang keluarga Maulana rumi ke Konya, seiring dengan gempuran tentara Moghul ke kota-kota Khurasan.

Baca Juga: Sejarah NU 'Nahdlatul Ulama', Organisasi Islam Terbesar di Indonesia

Beberapa versi riwayat yang tidak begitu valid menjelaskan perjalanan Baha’ Walad dan putranya Maulana Rumi menuju kota Arzanjan di negara Armenia.

Mereka juga pernah singgah dalam waktu lama di kota Ak-Shahr (Aksehir), Malta, dan Laranda, yang menjadi tempat wafatnya ibunda Maulana Rumi.

Di tempat ini pula Maulana Rumi menikah dengan Jauhar Khatun dan dikaruniai anak yang bernama Sultan Walad.

Perjalanan Baha’ Walad dan putranya sampai di kota Konya pada tahun 626 H/1229 M dan di sambut oleh Sultan Seljuk Romawi, Alaludin Kaiqubah.

Pada tahun 18 Rabi’ul Awal 628H/1231 M ayah Maulana Rumi meninggal dunia. Kemudian Maulana Rumi mengganti posisi ayahnya dalam mengajar ilmu Fiqih, memberi fatwa dan mendidik manusia.

Baca Juga: Puasa Ayyamul Bidh, Berikut Sejarah dan Keutamaannya

Setahun setelah wafatnya Baha’ Walad, datanglah muridnya yang bernama Burhanuddin Muhaqqiq al-Tirmidzi yang ingin menemui guru yang dirindukannya.

Kemudian Baharudin memberi pendidikan kepada Maulana, dan selama Sembilan bulan lamanya, Buharnuddin menjadi kekasih sekaligus mursyid bagi Rumi, baik jauh maupun dekat.

Pada tahun 638 H/ 1241 M, Burhanuddin wafat di kota Caesarea.

Setelah beberapa waktu, Rumi kembali ke kota Konya. Ia kembali mengajar, memberi tuntunan, dan memberi petunjuk kepada para muridnya.

Tetapi kali ini arahannya dan ajaran Rumi lebih murni bernuansa sufisme dengan bingkai tarian dan musik. Hal ini terus beliau lakukan hingga akhir hayatnya pada hari Ahad, 5 Jumadil Tsani 627 H / 1273 M.

Editor: Shofia Munawaroh

Tags

Terkini

Terpopuler