Isi Surat Cinta Bung Karno untuk Istrinya, ‘Wanita Jantung Hatiku’

29 Mei 2021, 10:16 WIB
Bung Karno dikenal piawai dalam merangkai kata-kata romantis dan merayu wanita. Ini isi surat cinta Bung Karno untuk istrinya, Hariyatie. /Instagram @bungkarno_/

RINGTIMES BANYUWANGI – Selain memiliki selera humor tinggi, Bung Karno juga dikenal romantis terhadap wanita.

Kontroversi seputar Bung Karno dan para istrinya sangat populer, bahkan menembus mancanegara.

Setiap buku yang menulis sejarah Bung Karno tidak pernah melewatkan kisah romantis satu ini.

Baca Juga: Detik-detik Bung Karno Wafat, Ini Kata Terakhir yang Diucapkan

Akan tetapi, tidak banyak orang yang tahu akan sisi romantis Bung Karno. Sisi romantis ini membuat banyak wanita mengagumi figurnya, bukan semata karena Soekarno seorang presiden atau figur publik.

Salah satu sisi romantis Bung Karno ditunjukkan melalui surat cinta yang ia tulis untuk sang istri, Hariyatie, yang dinikahinya pada 21 Mei 1963.

Hariyatie adalah sosok wanita penari yang berparas cantik. Ada surat cinta Bung Karno untuk Hariyatie, bertanggal 31 Agustus 1963, sekitar tiga bulan setelah mereka menikah.

Baca Juga: 10 Benda Pusaka Sakti Bung Karno yang Dieprcaya Bisa Mengusir Belanda dan Jin

Kata-kata dalam surat tersebut meliuk-liuk,memuji, berpuisi, dan merayu. Surat tersebut tersdiri dari dua lembar.

Pada sisi kertas, dengan ditulis mirimg, Bung Karno menyebutkan, “Bali saka hotel, ora bisa turu, njur nulis layang iki.” (Pulang dari hotel, tidak bisa tidur, lantas menulis surat ini), dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari buku Sokarno Poenja Tjerita karya @SejarahRI, Sabtu 29 Mei 2021.

Surat untuk Hariyatie memang ditulis menggunakan bahasa Jawa, namun berikut isi surat cinta Bung Karno untuk istrinya, Hariyatie yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Baca Juga: Jejak Dukungan Bung Karno untuk Palestina, Indonesia Rela Gagal ke Piala Dunia

Yatie, adikku (panggilan untuk istri) yang ayu

Ini lho, arloji bertakhta emas itu. Baiasakan memakainya. Nanti setelah sebulan, kamu akan tahu mana yang hendak dipilih: yang hitam atau yang satunya, atau keduanya?

Jadi, nanti sebulan lagi bilanglah. (Kalau kamu suka keduanya, aku senang juga). Masa aku tidak senang, lha yang meminta saja wanita jantung hatiku!

Jangankan sekadar arloji, minta apa pun akan aku beri.

Baca Juga: Perintah Pertama Bung Karno Setelah Jabat Presiden: Sate Ayam Lima Puluh Tusuk

Tie, surat-suratku ini tolong disimpan, ya! Supaya menjadi gambaran cintaku kepadamu, yang bisa dibaca-baca lagi, (kita bersama-sama), pada suatu saat nanti, kalau aku mau pindah rumah ke dekat telaga biru yang kuceritakan ketika itu.

Itu lho, telaga di atas, di atasnya angkasa.

Coba kau pejamkan matamu sekarang, maka kau akan bisa membayangkan telaga itu! Kalau di tepian telaga tadi tampak lelaki berjubah putih, ya itu aku – aku menunggu.

Baca Juga: Pemikiran Islam Bung Karno, ‘Tabir Adalah Simbol Perbudakan Perempuan’

Sebab, dari perkiaraanku, aku yang bakal mendahului pergi ke sana – aku mendahuluimu!

Lha itu, kembang kamboja di atas nisanku, petiklah kembang itu, ciumlah, maka kamu akan rasakan aroma tubuhku.

Bukan aroma bunga, tetapi aroma yang tercipta dari rasa cintaku. Sebab, akar kamboja itu menusuk menembus dadaku, di dalam kuburan sana

(Masmu, Soekarno)

Demi surat tersebut, Hariyatie pun rajin berziarah ke makan Bung Karno di Blitar.

Seperti firasat yang ditulis Bung Karno dalam surat cintanya, ia lebih dulu “pergi” meninggalkan Hariyatie.***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Tags

Terkini

Terpopuler