Asal Mula Bahasa dan Suku Osing di Banyuwangi, Ada Pengaruh Belanda

18 September 2021, 13:44 WIB
Bahasa dan Suku Osing menjadi ikonik di Kabupaten Banyuwangi yang ternyata ada pengaruh Belanda dalam penyebutan. /ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/wsj.

RINGTIMES BANYUWANGI – Asal mula bahasa dan Suku Osing menjadi ciri khas tersendiri jika Anda mengunjungi Kabupaten Banyuwangi.

Setiap daerah tentu memiliki ciri khas dan keunikannya tersendiri. Ini yang menjadi kebanggaan Indonesia.

Begitu juga dengan Kabupaten yang berada di paling ujung Pulau Jawa, Banyuwangi.

Baca Juga: Wisata Banyuwangi Mulai Beroperasi, Ditandai dengan Pelepasan Tukik di Pantai Cemara

Banyuwangi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun internasional.

Dengan memiliki kekayaan alam yang indah, menjadikan orang-orang mengatakan Banyuwangi adalah miniatur dari Pulau Bali.

Di samping menyimpan kekayaan alam, nyatanya Banyuwangi juga masih kental dengan unsur tradisional.

Baca Juga: Alasan Mengapa Sultan Ageng Tirtayasa Memimpin Rakyat Menyerang VOC, Materi Sejarah Halaman 84 Kelas 11 SMA

Salah satunya adalah bahasa dan suku Osing. Kata Osing menjadi bagian yang melekat pada Banyuwangi.

Dilansir dari kanal Youtube Bwi channel pada Sabtu, 18 September 2021, orang akan tertuju pada Banyuwangi jika ada kata Osing. Faktanya, kata Osing bukan buatan dari rakyat Banyuwangi sendiri.

Kata Osing sendiri berarti tidak. Konon, kata ini disematkan oleh Belanda yang menyerah dengan sikap rakyat Banyuwangi yang enggan melihat dunia luar.

Baca Juga: Menghadiri Vaksinasi di GKJW Banyuwangi, Sugirah: Saya Pernah Terkena Covid

Rakyat Banyuwangi pada masa itu lebih memilih untuk berdiam dan tinggal di wilayah Kemiren, wilayah saat ini suku Osing.

Suku Osing juga memiliki bahasa dan beberapa keunikan lainnya, Bahasa Osing menjadi bahasa sehari-hari.

Sedangkan keunikan rumah adat Suku Osing terletak pada bentuk arsitekturnya yang mirip adat Bali.

Baca Juga: Kronologi 1 Juni Diperingati Hari Lahir Pancasila bagi Indonesia

Arah rumah pun ternyata harus memenuhi persyaratan, yakni rumah Suku Osing tidak boleh menghadap ke Gunung.

Tentu kekayaan tradisi ini menjadi tanggung jawab anak-anak muda di wilayah Banyuwangi.

Hal ini sudah diterapkan dengan memasukkan mata pelajaran Bahasa Osing pada kurikulum pembelajaran.

Saat ini, Desa Kemiren yang ditempati oleh Suku Osing menjadi desa wisata bagi para pengunjung yang ingin melihat keunikan suku asli Banyuwangi ini.***

Editor: Suci Arin Annisa

Tags

Terkini

Terpopuler