Situs Siti Hinggil Muncar, Pos Pantau Kerajaan Blambangan Melawan VOC

28 September 2022, 20:56 WIB
Situs Siti Hinggil digunakan untuk memantau kapal-kapal yang datang dari Selat Bali menuju bumi Blambangan /Instagram.com/@adi_potopoto/

RINGTIMES BANYUWANGI – Jejak Kerajaan Blambangan pada beberapa abad silam masih menjadi objek menarik bagi masyarakat.

Salah satunya situs Siti Hinggil yang terletak di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi.

Kini, situs tersebut dikelilingi kawasan jual beli karena tepat di sebelah timur pertigaan Pasar Muncar. Lokasinya berdekatan dengan pelabuhan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Saat naik ke puncak Siti Hinggil, pemandangan laut dan juga kapal-kapal nelayan terlihat jelas. Itulah alasan mengapa dinamakan Siti Hinggil.

Siti berarti tanah, hinggil berarti tinggi. Memiliki ketinggian 61 meter di atas permukaan laut, situs tersebut memang memiliki misi khusus di zamannya.

Baca Juga: Umpak Songo Muncar, Bekas Balai Pertemuan Kerajaan Blambangan

Daratan tinggi peninggalan Kerajaan Blambangan ini digunakan sebagai pos pantau untuk mengintai musuh dan juga lalu lintas transportasi laut.

Seperti diketahui, masyarakat kala itu sering menggunakan transportasi laut sebagai penghubung daerah satu dengan daerah yang lain.

Menurut juru kunci Siti Hinggil, Slamet, pada pertengahan abad ke-13, kerajaan dipimpin oleh Bhre Wirabhumi yang memiliki gelar Prabu Minakjinggo.

Oleh karena itu, Prabu Minak Jinggo sering menugaskan pasukannya untuk berjaga di pos Siti Hinggil.

Keterangan ini juga diperkuat oleh sejarawan Universitas Gadjah Mada, Sri Margana.

Ia mengatakan bahwa situs tersebut memang digunakan untuk memantau kapal-kapal yang datang dari Selat Bali menuju bumi Blambangan ataupun sebaliknya.

Baca Juga: Ritual Petik Laut Muncar, Beginilah Prosesi Tradisi Sedekah Laut Masyarakat Banyuwangi

Penyerangan dari kerajaan-kerajaan Bali untuk merebut Blambangan terjadi pada abad 17.

Dulunya, Pelabuhan Muncar disebut dengan Ulupampang. Namun, sekarang berubah menjadi Teluk Pangpang.

Peninggalan kerajaan di Siti Hinggil kini hanyalah telapak kaki di atas bebatuan yang hampir rapuh dimakan zaman.

Saat ini, Siti Hinggil menjadi rujukan wisata alam maupun religi bagi masyarakat. Selain itu, juga digunakan sebagai kebutuhan penelitian sejarawan.

Sebagaimana diketahui, Muncar menjadi salah satu sentral penghasil ikan terbesar di Indonesia.

Mayoritas masyarakat setempat bermatapencaharian sebagai nelayan. Selain itu, tak sedikit pabrik industri pengolahan ikan berdiri di kawasan pesisir.***

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler