Trio Penghancur Mataram, Tawangalun II, Karaeng Galesong, dan Trunojoyo

- 28 Februari 2020, 22:36 WIB
Lukisan kuno menggambarkan wilayah Blambangan.*/
Lukisan kuno menggambarkan wilayah Blambangan.*/ /Banjoewangi Tempo Doeloe

Baca Juga: Cek Fakta, Isi BBM di Pagi Hari Bisa Menambah Takaran

Tawangalun II hanya menyediakan bahan pangan yang cukup untuk berperang selama dua tahun, tentara Blambangan hanya dilibatkan sebagai pasukan telik sandi (Mata mata) dan tidak terlibat dalam perang langsung karena Blambangan terikat perjanjian kekeluargaan dengan Sultan Agung (ayah Amangkurat I).

Mereka bersatu padu melanjutkan perlawanan dikerajaan Mataram terhadap Belanda pada tahun 1676-1679.

Karaeng Galesong dengan pasukannya menyerang Gresik dan Surabaya yang saat itu berada dalam kekuasaan Mataram.

Pasukan Karaeng Galesong seperti ditulis sejarawan Belanda, Degraff, berhasil mengobrak-abrik pasukan Amangkurat I yang kemudian kembali ke Jawa Tengah.

Akhirnya pasukan Madura, Makassar, dan Blambangan berhasil merebut Keraton Plered, ibukota Mataram pada Oktober 1676.

Kemuduian Pangeran Trunojoyo memindahkan ibukota Kerajaan Jawa ke Kediri.

Setelah Plered berhasil direbut, Amangkurat I terpaksa melarikan diri dari keratonnya dan berusaha menyingkir ke Batavia, akan tetapi kesehatannya semakin memburuk.

Baca Juga: Corona Merebak di Korsel, KBRI Seoul Tingkatkan Perlindungan WNI

Setelah terdesak ke Wonoyoso, ia akhirnya meninggal di Tegal dan dimakamkan di suatu tempat yang bernama Tegal Arum.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x