Catatan Inggris Tentang Benteng Fort Utrecht Banyuwangi

- 6 Maret 2020, 09:10 WIB
Benteng Fort Ultrech Banyuwangi.*/
Benteng Fort Ultrech Banyuwangi.*/ /Banjoewangi Tempo Doeloe

RINGTIMES - Tahun 1772 VOC berhasil menakhlukkan Kerajaan Blambangan. Sebelumnya VOC berkantor di Oeloepampang (Muncar), tapi kemudian pindah ke Banyuwangi.

Pada tahun 1790, VOC Belanda membangun benteng pertahanan dari batu yang sederhana, juga digunakan sebagai penjara.

Tahun 1801, kapten Genie J.Schmaltz merancang benteng yang besar untuk pertahanan, namun rencana ini tidak terwujud dan tidak pernah dibangun.

Selama Inggris di Banyuwangi antara tahun 1811-1816, ujung pembangunan Jalan Raya Pos Daendels berada Banyuwangi.

Sekitar tahun 1811 itulah Inggris mulai membangun benteng yang kokoh sehingga benteng yang dibangun VOC tersebut di renovasi dengan penambahan dan perbaikan dengan material batu bata.

Benteng dengan kekuatan 150 tentara ini pernah di serang oleh bajak laut, tapi bisa di pukul mundur.

Baca Juga: Dinyatakan Negatif, RSPI Sulianti Saroso Pulangkan Satu Pasien Suspect Corona

Setelah VOC kembali ke Banyuwangi, benteng tetap dipakai.

Di dalam benteng pertahanan ini tinggal seorang perwira, barak untuk serdadu Eropa dan barak untuk serdadu Belanda, dua gudang, sebuah gudang mesiu, pos jaga, dan provost .

Selain itu, benteng ini juga dijaga oleh pasukan Garnisun, yang terdiri Letnan 1 dan 2 serta 44 pasukan infanteri dan enam orang Eropa dengan 14 senjata.

Benteng juga dihuni 31 perempuan dan 21 anak-anak.

Benteng ini digunakan juga sebagai penjara dan sekolah.

Pada tahun 1927-1929 Gerbang benteng Fort Utrecht dihancurkan dan diganti dengan bangunan lainya.

Benteng Fort Utrecht tidak tersisa. Hanya tinggal beberapa tembok bata dengan ketebalan tak lebih dari 20 cm memanjang sekitar 30 m dan telah dijejali oleh rumah warga.

Benteng ini Berada di kelurahan Kepatihan. Batas selatan markas Kodim Banyuwangi dan di jadikan Perumahan Dinas Pekerjaan Umum.

Sayang Sekali tempat ini terbengkalai dan tidak diperhatikan oleh pemerintah. Padahal benteng ini adalah saksi sejarah bagaimana pejuang bangsa ini mengorbankan harta benda untuk Negara ini.

Baca Juga: Efek Corona, Babak Kedua Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Ditunda

The Old East India Company memiliki sebuah stasiun di sini pada awal abad ke-17.

Sekitar Tahun 1860, ketika seorang Inggris berkunjung ke Banyuwangi (Setelah Mengunjungi pasuruan), dia menemukan sebuah benteng bernama "Utrecht" dengan sebuah garnisun kecil.

Orang Inggris tersebut menuliskan catatan sebagai berikut;

Di benteng Banyuwangi seorang memperkenalkan diri; Dia adalah orang Prancis dari Amiens asalnya, berusia 65 tahun, dan sudah tiga puluh tahun bekerja di perusahaan.

Kami memeriksa benteng. Komandan sersanya berusia 85 tahun, dan yang termuda dari detasemen berumur 55 Tahun.

Benteng itu sekarang tidak penting; berbentuk persegi dibangun dengan palisades dan papan yang sudah tua dan dikelilingi oleh selokan air yang luas .

Memiliki dua pintu masuk dengan jembatan gantung yang bagus; Pintu masuk utama menghadap ke pantai.

Benteng berdiri di atas sebuah dataran berawa tiga perempat mil dari pantai.

Bendera Belanda ditanam di seberang benteng.

Baca Juga: Hotman Paris Pertanyakan Kemampuan Pemerintah Indonesia di tengah Isu Virus Corona

Didalam adalah rumah barak kecil, kamar-kamar yang nyaman. Apartemen sersan ada di pintu masuk dan diisolasi; Mereka terdiri dari tiga kompartemen dan dapur di sisi jaga.

Tentara-tentara tua ini, meski gaji mereka rendah, hidup dengan baik, dan tidak menimbulkani keluhan, karena biaya hidup yang murah, dan makanannya terdiri dari ikan, unggas dan nasi, dimana sekitarnya berlimpah.

Selama periode Residen Inggris, kita belajar bahasa Inggris bahwa di Banyuwangi memiliki banyak populasi penduduk asli, dan beberapa keluarga kasta Kanton, Belanda.

Teluk Balambouang, lebih jauh ke selatan, dikunjungi oleh David Middleton di awal abad ke 17.

Dahulu ada di sini berdiri Perusahaan East India Company untuk kenyamanan kapal yang menelepon ke sana, tapi harus ditinggalkan karena ketidaknyamanannya, enam komandan Eropa yang meninggal di sini, satu demi satu dari arus sungai, karena airnya buruk.

Terikat dengan sejarah awal Banyuwangi adalah keluarga Trouerbach dan Voll, dan referensi ke daftar penduduk Belanda di Banjoewangie pada tahun 1818 akan menunjukkan bahwa mereka masih cukup banyak saat itu.

Baca Juga: Dampak Corona, Produsen Sari Rempah Banyuwangi Banjir Order

Tempat ini adalah stasiun dari Eastern Extension Telegraph Company, yang dulunya bekerja di hari pertama oleh Mr. Pownall.

Pada masa pensiunnya dari perusahaan ini ia membuka rumah bisnis sendiri di sini.

Residen Inggris pada tahun 1812 dan 1813 adalah Letnan Davies, dan dari tahun 1814 sampai 1816 Letnan A. McLeod.

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x