Para Pengawal Gunung Bayu Usai Wong Agung Wilis Dibuang ke Banda

- 12 April 2020, 15:12 WIB
Lukisan kuno menggambarkan wilayah Blambangan.*/
Lukisan kuno menggambarkan wilayah Blambangan.*/ /Banjoewangi Tempo Doeloe

Baca Juga: Peneliti Ungkap Lima Gejala Ringan Corona, Diantaranya Sering ke Toilet

Setelah menduduki jabatan barunya itu, Ia mengangkat Jacop Guttenberger dan Johan Gotlieb Jenengen sebagai Residen sementara di Blambangan selama dua tahun (1768-1770) sampai pemerintah Batavia menunjuk residen resmi kompeni untuk Blambangan, yakni Residen Letnan CVD. Biesheuvel (1770-1771).

Serangan-serangan kompeni yang sedemikian dahsyat mengakibatkan sepertiga penduduk Blambangan gugur.

Sepertiganya lagi memilih tunduk menyerah kepada kompeni, dan sepertiga sisanya dibuang atau memilih untuk menyingkir ke hutan di pegunungan Bayu atau ke pantai selatan.

Baca Juga: Kenali 5 Gejala Ringan Covid-19, Apakah Kamu Pernah Mengalaminya?

Saat itu, empat pemimpin spiritual istana, yakni Bapa Endha/Keboundha, Bapa Larat, Bapa Rappa/Ki Ajar Manik Rupa, Bapa Malam memilih menyepi di Pertapaan Bayu (Umbul Pakis).

Setelah itu, kompeni melalui Residen Blambangan, Letnan CVD. Biesheuvel mengumumkan amnesti masal bagi rakyat Blambangan yang mau tunduk pada kompeni, sehingga mau kembali ke Kutharaja Lateng dan Lopangpang.

Penduduk Blambangan dari kalangan pengkhianat lebih memilih aman dengan menghamba pada kompeni daripada berjuang bersama para ksatria Blambangan di Bayu, Puger, dan Nusa Barong.

Para pengkhianat itu ditempatkan di Loji kompeni atau di daerah-daerah kantong pendudukan sebagai ‘orang-orang jinak’ yang mudah dikendalikan.

 

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x