RINGTIMES BANYUWANGI - Tan Malaka membuka identitas sebenarnya kepada Ahmad Soebardjo, salah satu kawan lamanya ketika di Belanda.
Melihat orang disudut ruangan itu, Soebardjo langsung kaget. Soebardjo mengira bahwa Tan Malaka sudah meninggal saat kerusuhan di Israel.
Selesai berbincang-bincang dengan Soebardjo, Tan Malaka memintanya untuk dipertemukan dengan tokoh-tokoh petinggi Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Penulisan Teks Proklamasi Oleh Sayuti Melik
Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari uinsby.ac.id, pertama-tama, ia dikenalkan dengan Jawa Koesoema Soemantri, kemudiaan Gatot Taroenamihardjo, Boentaran Martoatmojo.
Setelah itu Tan Malaka juga dipertemukan dengan Nishijima Shigetada, seorang asisten Laksamana Maeda. Didepan Nishijima itu, Tan Malaka berbicara soal revolusi, struktur pemerintahan, gerakan masa hingga soal agitasi dan propaganda.
Mendengar paparan Tan Malaka tersebut, Nishijima langsung terheran-heran. Bagaimana orang yang tampangnya seperti petani desa itu bisa memberikan analisa berbagai persoalan politik dan sosial begitu tajam.
Baca Juga: Puluhan ribu demonstran menuntut pemilihan ulang pemimpin Belarusia
Saat perbincangan itu, Tan Malaka masih menggunakan nama Husain. Namun, setelah obrolan itu berlangsung sekitar dua jam, maka Soebardjo mengenalkan kepada tamunya itu bahwa yang berbicara itu adalah Tan Malaka.
Saat mendengar penjelasan itu, Nishijima langsung berdiri dan menjabat tangan Tan Malaka lebih erat.