Bukan Soekarno, Tan Malaka adalah Bapak Penggagas Bangsa

- 21 Agustus 2020, 08:00 WIB
Lokasi makam Tan Malaka yang jarang diketahui masyarakat
Lokasi makam Tan Malaka yang jarang diketahui masyarakat /

RINGTIMES BANYUWANGI - Berkelana sebagai orang buangan di saat rekan-rekannya di Tanah Air berjuang melawan imperialis membuat Ibrahim Datuk Tan Malaka nelangsa.

Tan kian kesal ketika permohonannya untuk kembali ke Jawa ditolak Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dick Fock. Padahal, keinginannya mengabdi kepada partai dan rakyat begitu menggebu-gebu.

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari buku Seri Bapak Bangsa: Tan Malaka, terbitan Tempo, di sela-sela tugasnya sebagai agen Komintern di Tiongkok, Tan pun menulis sebuah brosur panjang yang berjudul "Naar de Republiek" (Menuju Republik).

Baca Juga: Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Kista Berikut Ini

Dalam kata pengantar, dia menulis: "Jiwa saya dari sini dapat menghubungi golongan terpelajar (intelektual) dari penduduk Indonesia dengan buku ini sebagai alat."

Tulisan Tan ini menyebar luas melalui jaringan Perhimpunan Pelajar Indonesia, para pemuda bahkan mengetik ulang buku ini-setiap kali dengan karbon rangkap tujuh.

Para pemimpin perjuangan, termasuk Bung Karno yang kala itu memimpin Klub Debat Bandung, juga tertarik dengan hasil pemikiran Tan Malaka yang dituangkan dalam buku Naar de Republiek.

Baca Juga: Resep Bolu Pisang Enak dan Mudah

"Bung Karno selalu membawanya," kata Sayuti Melik, seperti dikutip Hadidjojo Nitimihardjo dalam pengantar edisi terjemahan Naar de Republiek.

Buku kecil ini terdiri atas tiga bab, masing-masing mengulas situasi politik dunia, kondisi Indonesia, dan garis perjuangan Partai Komunis Indonesia.

Dalam bukunya Naar de Republiek, Tan Malaka merupakan sosok yang pertama kali menggagas bangsa Indonesia sebagai sebuah Republik.

Baca Juga: Inilah Tips Mendesain Tempat Bermain Murah

Bukan cuma Soekarno yang selalu membawa buku Naar de Republiek ke mana-mana, Muhammad Yamin juga tertarik dengan pemikiran Tan Malaka itu.

Muhammad Yamin menilai Tan Malaka tak ubahnya seperti Bapak Bangsa Amerika Serikat, Thomas Jefferson dan George Washington: merancangkan republik sebelum kemerdekaannya tercapai.

Tan Malaka merupakan seorang revolusioner kesepian dalam arti sesungguhnya.

Baca Juga: Berikut Ini Tips Mendesain Kamar Mandi Minimalis

Sekitar 20 tahun 1922-1942 Tan Malaka hidup dalam pembuangan, tanpa didampingi teman seperjuangannya.

Berapa kali dia harus meringkuk di penjara negara imperialis saat berada di Filipina dan Hong Kong, serta selama dua setengah tahun dipenjarakan tanpa pengadilan oleh pemerintah republik yang ia cita-citakan.

Sebagai pelarian dan tahanan, Tan tak pernah berhenti memikirkan nasib Negeri Hindia Belanda.

Baca Juga: Berikut Ini 5 Macam Obat Herbal untuk Diabetes, Salah Satunya Air Tebu

Banyak gagasan yang lahir selama masa pelarian itu. Namun Tan Malaka tak punya cukup kesempatan untuk mendialektikakan gagasannya dengan tokoh-tokoh pejuang lain.

Ada perbedaan waktu dan pengalaman sejarah yang membuat Tan Malaka berjarak dengan pengikut-pengikutnya yang kemudian berada dalam barisan Partai Murba.

Meski tetap dijadikan idola hingga saat ini, perangai dan prinsip perjuangan Tan sungguh tak bisa diikuti oleh siapa pun. Hatinya terlalu teguh untuk diajak berkompromi dan punggungnya terlalu lurus untuk diajak sedikit membungkuk.***

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah