Pria Asal Sleman Tinggalkan Jabatan Manajer di BUMN Demi Ternak Kambing

3 Mei 2021, 09:40 WIB
Pria asal Sleman tinggalkan jabatan Manajer BUMN demi jadi peternak kambing /tangkapan layar YouTube CapCapung/

RINGTIMES BANYUWANGI – Didi, pria asal Sleman DIY ini menjadi peternak kambing perah setelah meninggalkan jabatannya sebagai manajer di BUMN.

Saat keluar dari jabatan sebelumnya, Didi diajak kakaknya untuk mendirikan peternakan kambing.

Ketika Didi menjadi manajer termuda di sebuah BUMN, ia mengaku memiliki penghasilan cukup dan berfasilitas lebih dari cukup sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menjadi peternak kambing.

Baca Juga: 7 Vitamin yang Harus Dikonsumi Wanita Usia 40 Tahun ke Atas

Saat memulai bisnis ternak kambing, Didi merasa bahagia dan bersyukur atas hidupnya.

Ia menyebut bahwa beternak itu membahagiakan dan mensejahterakan.

“Hal yang saya dapatkan ketika saya beternak adalah rasa bahagia, rasa syukur, rasa merdeka atas hidup kita, bahwa beternak itu membahagiakan, bahwa beternak itu mensejahterakan, bahwa beternak itu adalah sunatullah, seperti hanya profesi nabi-nabi kita,” kata Didi, dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari kanal YouTube CapCapung, 3 Mei 2021.

Didi mengatakan bahwa mereka beternak tidak semata-mata untuk mencari kejayaan dan harta, melainkan mencari keberkahan.

Baca Juga: 7 Makanan yang Bikin Otak Anak Encer, Raih Banyak Prestasi di Sekolah

“Kami beternak tidak semata untuk mencari kejayaan atau harta yang berlebih. Tapi, kami lebih pada mencari keberkahan. Keberkahan itu apa yang kita dapat memiliki manfaat untuk kita, untuk keluarga, untuk lingkungan, untuk temen-temen yang bekerja dengan kita,” ujanya.

Awal mula mencintai profesi sebagai peternak kambing adalah saat Didi mengalami pengalaman spiritual, yakni melihat kambingnya melahirkan.

“Ada rasa syukur yang luar biasa, ada rasa yang wow, ternyata sebegitu hebatnya Allah. Dari situ saya mulai mencintai, dan memutuskan menjadi peternak briding.”

Baca Juga: 5 Kebiasaan Ibu yang Mencerdaskan Otak Anak, Cek Apa Saja

Tahun 2012, Didi dan kakaknya memulai dengan 70 ekor kambing Jawa Randu, dan satu ekor pejantan sanen.

Hingga saat ini populasi kambingnya 732 ekor dengan 98 persen genetik sapera.

Memilih menjadi peternak kambing, Didi sempat mengalami masalah besar pada awalnya.

“Ada keterbatasan keilmuan, keterbatasan keterampilan, kami melakukan pembelajaran secara otodidak. Memang biaya pelatiannya dalam tanda kutip sangat mahal, karena kami harus kehilangan banyak ternak yang disebabkan ketidakngertian kami,” ujar Didi.

Baca Juga: 6 Obat Alami Pengencer Darah, Salah Satunya Rebusan Jahe

Dari 70 ekor dalam waktu satu bulan, ada 30 ekor kambing yang mati. Jika satu kambing 600, maka ia kehilangan aset hampir 18 juta.

Seiring berjalannya waktu, Didi mengatakan bahwa mereka sudah mempu meminimalkan kerugian-kerugiaan yang sebelumya terjadi.***

 

Editor: Shofia Munawaroh

Tags

Terkini

Terpopuler