Biasanya yang melakukan upacara siraman adalah pihak mempelai wanita, namun apabila mempelai pria juga ingin melakukan siraman maka pihak pria harus menjemput air tersebut dari rumah mempelai wanita.
Setelah prosesi siraman telah selesai maka rangkaian acara berikutnya dilanjutkan. Air siraman tadi dimasukan kedalam kendi untuk dijadikan air wudhu untuk mempelai wanita.
Baca Juga: 5 Pantangan Menikah Adat Jawa, Berani Dilanggar Demi Cinta
Setelah kendi tersebut kosong, ayah dari mempelai wanita harus menjatuhkan kendi tersebut hingga pecah. Saat menjatuhkan kendi sang ayah harus mengucapkan “Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku (nama anak)”
Ritual tersebut disimbolkan untuk memecahkan pamor anak sebagai wanita dewasa dan memancarlah pesonanya.
Selanjutnya ada potong rikmo yaitu pemotongan rambut mempelai, yang nantinya potongan rambut antara mempelai wanita dan pria dijadikan satu untuk dikubur bersama, dengan tujuan mengubur hal-hal buruk
Baca Juga: 7 Alasan Mengapa Cinta dan Pernikahan Sangat Penting untuk Kesehatan Mental
Yang terakhir adalah bopongan, bopongan adalah salah satu prosesi akhir dari siraman. Di mana sang ayah harus menggendong anaknya menuju kamarnya.
Midodareni
Midodareni merupakan proses sebelum ijab kabul yang dilaksanakan pada malam hari, sesuai dengan namanya midodareni berasal dari kata widodaren yang berari bidadari.