Tak Mau Kalah, AS Langsung Kerahkan Kapal Perusak

16 Juli 2020, 17:00 WIB
Sebut Natuna dalam Pernyataannya, AS Indikasikan Perangi China di Pasifik /US Marines Corps

RINGTIMES BANYUWANGI - Semakin membaranya ketegangan Amerika  Serikat (AS) denagan China.

Yang menjadi ketegangan tak lain juga dengan klaim China atas 80 persen teritori China-Selatan Laut China Selatan (LCS).

Menyorot klaim pada wilayah laut di berbagai negara

Baca Juga: Tak Puas, ICW Desak Mabes Polri Segera Beri Tindakan Tegas Pada Brigjen NW

Sebut saja Taiwan, Jepang, Filipina, Vietnam, Malaysia hingga Brunei.

AS yang juga merasa dirugikan atas klaim China ini kemudian menjadi lawan paling depan yang harus dikalahkan oleh Beijing.

Mengutip Express, Kamis (16/7/2020) tak mau kalah langkah, AS langsung mengerahkan kapal perusak USS Ralph Johnson untuk mendekati garnisun AL China di Pulau Karang Fiery Cross dan Cuuarteron, Spratly.

USS Ralph Johnson hanya berjarak 12 mil laut atau 22 kilometer.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di pikiran rakyat dengan judul Kapal Perusak AS Satroni Markas AL China, Sebut Natuna dalam Penegasan Kedaulatan Laut

Jarak diatas masih masuk dalam radius tempur USS Ralph Johnson.

"USS Ralph Johnson melintas di dekat Kepulauan Spratlys, China-Selatan">Laut China Selatan, Selasa 14 Juli 2020 di tengah pengerahan operasi keamanan maritim AS untuk menjaga wilayah Indo-Pasifik tetap bebas dan terbuka," cuit akun Twitter US Pacific Fleet.

Rupanya pergerakan USS Ralph Johnson untuk mendukung pernyataan Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Timur dan Pasifik, David Stillwell yang mengatakan klaim China atas LCS merendahkan kedaulatan negara-negara lain di sana.

"Amerika Serikat menolak klaim Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atas teritori perairan di sekitar 12 mil laut dari pulau-pulau di Kepulauan Spratlys," tegasnya.

Baca Juga: Inilah Deretan Masjid dan Gereja yang Beralih Fungsi, Nomor 4 Sedang Viral

"Ini artinya AS juga menolak setiap klaim maritim di perairan sekitar perairan Vanguard Bank, Luconia Shoals, Natuna Besar, ataupun lautan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Brunei," imbuh David.

Pernyataan David ini merupakan kelanjutan dari tuduhan Menlu AS Mike Pompeo.

Mike tegas menolak klaim China di LCS.

"Klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di hampir seluruh China-Selatan">Laut China Selatan benar-benar tak berdasar sebagaimana operasi militer bullying untuk mengambil alih kendali mereka," tegas Mike, Senin 13 Juli 2020 lalu.

Baca Juga: Mal Taman Anggrek Terjual Lewat Situs Properti, Dibanderol Seharga Rp17 Triliun

"Dunia takkan mengizinkan Beijing menjadikan China-Selatan">Laut China Selatan sebagai kekaisaran maritimnya," sambung Mike.

"Amerika berdiri bersama sekutu Asia Tenggaranya dan para mitra untuk melindungi hak kedaulatan atas sumber daya lepas pantai, sesuai hak-hak mereka di mata hukum internasional," imbuhnya.

China tentu bereaksi atas hal ini dimana Kedubes Beijing di Washington mengatakan Mike sedang berbual.

China juga menegaskan jika Washington terlalu mencampuri urusan mereka serta menyulut konfrontasi di Pasifik bahkan berusaha menyeret pihak netral terlibat dalam ketegangan.***( Beryl Santoso/pikiran-rakayat.com)

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler